REPUBLIKA.CO.ID,TEMANGGUNG -- Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Muhammad Furqon mendorong semangat adaptasi kebiasaan baru di lingkungan pondok pesantren guna mengantisipasi penularan Covid-19.
"Kami berharap ada semangat untuk membangun kebersihan pesantren di era adaptasi kebiasaan baru ini. Kalangan pesantren tidak seperti dulu, harus mengubah pola pikir para santri agar selalu menjaga kebersihan," katanya di Temanggung, Ahad (26/7).
Ia menegaskan jangan sampai muncul klaster baru pesantren, karena sangat rawan ketika muncul kasus Covid-19 di pesantren. "Oleh karena itu agar setiap pengasuh mempunyai kesadaran untuk membangun para santrinya selalu menjaga kebersihan. Bak yang masih menjadi satu, bak cuci tangan maupun tempat wudlu yang berupa empang itu harus kita hindari agar tetap ada air mengalir," katanya.
Menyinggung telah mulainya sejumlah aktivitas pesantren, dia menyampaikan bahwa pesantren sudah melakukan standar operasional prosedur protokol kesehatan dalam pemberangkatan santri sampai ke pesantren dengan tidak menerima santri yang tidak ada keterangan sehat dari puskesmas dari daerah masing-masing.
"Kami sudah melaksanakan protokol kesehatan setiap kali pertemuan, mengaji, shalat berjamaah dan sebagainya," katanya.
Pria yang sering disapa Gus Furqon ini menyampaikan agar pemakaian masker tidak menjadi tabu di pesantren, setiap kali mengaji, jamaah, apalagi shalat Jumat harus selalu dipakai.
Menurut dia yang tidak kalah penting adalah menjaga pesantren atau santri agar tidak didatangi orang dari luar. "Hal ini yang paling penting karena kebanyakan wali santri itu sering kangen dengan anaknya yang di pesantren tetapi mereka diberi kebebasan masuk, oleh karena itu saya berharap kepada para pengasuh pesantren untuk bersama-sama memproteksi wali santri yang memang tidak ada kepentingan sangat mendesak tidak boleh bertemu dengan santrinya dulu selama pandemi ini," katanya.
Ia mengingatkan kepada para santri untuk selalu menjaga imunitas tubuh dengan mengonsumsi vitamin C dan madu dan tidak kalah penting adalah olahraga waktu siang. "Kami tidak menerapkan olahraga, tetapi kami menerapkan roan atau kerja bakti pesantren setiap hari dengan cuaca panas untuk mereka bisa berjemur mulai pukul 09.00 sampai pukul 10.00 WIB," katanya.
Ia menyampaikan Pondok Pesantren Al Hidayah yang diasuhnya, sekitar 70 persen santri sudah masuk, sedangkan santri dari luar Jawa belum masuk dan baru akan diterima tanggal 3 Agustus mendatang. "Alhamdulillah sudah 70 persen dan kita setiap mengaji sudah menerapkan protokol. Jamaah kita buat empat titik, kemudian kelas juga dibuat tidak berkerumun, kita buat beberapa kelas. Mungkin para kiai agak tambah energi untuk mengajar di beberapa ruangan tetapi demi keamanan harus kita lakukan," katanya.
Oleh karena itu, katanya, aula yang tadinya untuk tempat mengaji, sekarang difungsikan untuk tempat tidur santri, berharap setiap kamar tidak lebih dari 10 anak agar bisa jaga jarak.
Ia menuturkan pesantren harus menerapkan adaptasi kebiasaan baru dan dari awal pihaknya menerapkan beberapa gelombang kedatangan santri, pertama santri senior untuk melakukan adaptasi kebiasaan baru, setelah itu masuk santri secara umum dan nanti terakhir santri dari luar Jawa. "Alhamdulillah dengan budaya baru yang diterapkan para pengurus dan para santri ini kami optimistis pesantren bisa terhindar dari klaster baru penyebaran Covid-19," katanya.