REPUBLIKA.CO.ID, LUWU UTARA -- Banyak madrasah dan pesantren tidak bisa meneruskan kegiatan belajar dan mengejar semenjak diterjang banjir bandang pada Senin (13/7). Madrasah dan pesantren masih tertimbun lumpur dan pasir, bahkan satu pesantren lenyap diterjang banjir bandang.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Luwu Utara, Nurul Haq mengatakan, banjir bandang yang terjadi pada Senin (13/7) mengakibatkan banyak rumah dan fasilitas umum rusak. Sebanyak 15 madrasah, tujuh pesantren dan 15 rumah ibadah terdampak banjir bandang yang disertai dengan lumpur dan pasir.
"Ya lumpuh total, yang ada tadi itu 15 madrasah lumpuh total (kegiatan belajar mengajarnya tidak berjalan, red)," kata Nurul saat diwawancarai Republika, Ahad (26/7).
Dia menyampaikan, banyak fasilitas keagamaan yang rusak berat. Untuk saat ini Kantor Kemenag Luwu Utara diperintahkan untuk mendata secara mendetail apa saja kerugian yang dialami oleh madrasah, pesantren dan perkantoran. Bahkan ada dua masjid yang rusak berat akibat tertimbun lumpur dan pasir.
Kepala Pelaksana Tim Penanggulangan Bencana (TPB) Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Sodikun berpesan agar masjid-masjid yang terdampak banjir bandang segera dipulihkan. Supaya masyarakat bisa kembali melaksanakan ibadah sholat dan berdoa di masjid.
Menurutnya, di saat seperti ini masyarakat sangat memerlukan tempat untuk berdoa kepada Allah SWT. Setelah masjid dipulihkan, ia meminta para ulama agar menghidupkan masjid dengan cara mengumandangkan azan, tausiyah dan zikir melalui pengeras suara.
Ketua MUI ini juga mengingatkan, musibah sampai kapanpun akan selalu datang menerpa atau menguji manusia. Kemudian melihat bagaimana cara manusia menyikapinya. Maka untuk menyikapinya manusia harus bersatu dan mempunyai empati, terpanggil, peduli dan mencintai mereka yang terdampak musibah.
"Berdasarkan perspektif ajaran Islam, musibah yang dialami oleh saudara-saudara kita sebenarnya musibah yang kita alami juga, karena mereka juga bagian dari kita, mereka bagian dari bangsa kita," ujarnya.