Senin 27 Jul 2020 11:11 WIB

Hizbullah-Israel tak Mungkin Perang Beberapa Bulan Lagi

Wakil pemimpin Hizbullah menyebut tak ada kemungkinan perang beberapa bulan mendatang

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Pendukung Hizbullah membawa potret mendiang pemimpin Hizbullah Imad Mughnyeh, plakat dan bendera Hizbullah selama protes menentang kunjungan Komandan Komando Pusat Angkatan Darat AS, Kenneth Franklin McKenzie ke Lebanon di jalan raya bandara internasional Rafic Hariri di Beirut, Lebanon, 08 Juli 2020.
Foto: EPA-EFE/WAEL HAMZEH
Pendukung Hizbullah membawa potret mendiang pemimpin Hizbullah Imad Mughnyeh, plakat dan bendera Hizbullah selama protes menentang kunjungan Komandan Komando Pusat Angkatan Darat AS, Kenneth Franklin McKenzie ke Lebanon di jalan raya bandara internasional Rafic Hariri di Beirut, Lebanon, 08 Juli 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Wakil pemimpin gerakan Hizbullah Libanon Sheikh Naim Qassem menampik prospek peningkatan kekerasan antara gerakan yang didukung Iran dan Israel. Meskipun, ada peningkatan ketegangan pada pekan lalu.

"Suasananya tidak mengindikasikan perang. Itu tidak mungkin, suasana perang dalam beberapa bulan ke depan," kata Sheikh Naim Qassem dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi pro-Damaskus al Mayadeen.

Baca Juga

Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Israel dengan Suriah dan Libanon. Hal itu terjadi setelah milisi Hizbullah Libanon mengatakan bahwa seorang milisinya tewas dalam serangan nyata Israel di tepi Damaskus pekan lalu.

Setelah dua anggota Hizbullah terbunuh di Damaskus pada Agustus 2019, pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah bersumpah kelompoknya akan menanggapi jika Israel membunuh lagi pejuangnya di Suriah.

Militer Israel sejak itu meningkatkan pasukannya di front utara. Sebuah pesawat tak berawak Israel jatuh di dalam wilayah Libanon selama kegiatan operasional di sepanjang perbatasan. Hal itu diungkapkan oleh seorang juru bicara militer Israel pada Ahad.

Israel telah meningkatkan serangan terhadap Suriah dalam beberapa bulan terakhir. Sebuah sumber menginformasikan ini adalah perang bayangan yang disetujui oleh Washington yang telah merusak kekuatan militer Iran di wilayah tersebut tanpa memicu peningkatan besar dalam permusuhan.

Hizbullah telah mengerahkan milisi di Suriah sebagai bagian dari upaya yang didukung Iran untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad dalam konflik yang memicu protes terhadap kekuasaannya pada 2011. Pangkalan-pangkalan di Suriah timur, tengah, dan selatan yang dihantam Israel dalam beberapa bulan terakhir diyakini memiliki kehadiran kuat milisi yang didukung Iran.

Para analis mengatakan Hizbullah dan Israel ingin menghindari konflik habis-habisan pada saat ketegangan regional dan membuat aturan keterlibatan disusun sejak gerakan yang didukung Iran itu berperang satu bulan dengan Israel pada 2006. "Tidak ada perubahan aturan keterlibatan dan persamaan pencegah dengan Israel ada dan kami tidak berencana untuk mengubahnya," kata Qassem.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement