Senin 27 Jul 2020 11:03 WIB

Jerman Tolak Usul Trump Terima Rusia Kembali Masuk G7

Jerman menolak proposal Trump soal masuknya kembali Rusia ke dalam Kelompok G7

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas. Jerman menolak proposal Trump soal masuknya kembali Rusia ke dalam Kelompok G7. Ilustrasi.
Foto: Philipp Guelland/EPA
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas. Jerman menolak proposal Trump soal masuknya kembali Rusia ke dalam Kelompok G7. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Jerman menolak proposal oleh Presiden AS Donald Trump untuk mengajak kembali Presiden Rusia Vladimir Putin ke Kelompok Tujuh (G7) negara-negara berekonomi paling maju. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas dalam sebuah wawancara surat kabar yang diterbitkan pada Senin (27/7).

Bulan lalu, Trump meningkatkan prospek untuk memperluas negara-negara G7 termasuk mencakup lagi Rusia. Pada 2014, Rusia diusir dari G7 setelah aneksasi Moskow atas wilayah Krimea Ukraina.

Baca Juga

Maas mengatakan kepada Rheinische Post bahwa dia tidak melihat peluang untuk membiarkan Rusia kembali ke G7 selama tidak ada kemajuan berarti dalam menyelesaikan konflik di Krimea dan juga di Ukraina timur. Menurut Maas, Rusia sendiri dapat memberikan kontribusi terbesar untuk menjadi bagian dari format G7 lagi dengan berkontribusi pada solusi damai dalam konflik Ukraina.

Rusia masih menjadi bagian dari G20, pengelompokan yang lebih luas termasuk ekonomi-ekonomi pasar berkembang lainnya. "G7 dan G20 adalah dua format terkoordinasi yang masuk akal. Kami tidak membutuhkan G11 atau G12 lagi," kata Maas mengacu pada proposal Trump untuk mengundang tidak hanya Rusia, tetapi negara-negara lain ke pertemuan G7.

Maas menilai hubungan dengan Rusia saat ini masih sangat sulit di banyak daerah. "Tetapi kita juga tahu bahwa kita membutuhkan Rusia untuk menyelesaikan konflik seperti di Suriah, Libya, dan Ukraina. Itu tidak akan berhasil melawan Rusia, tetapi hanya dengan Rusia," kata Maas.

Jerman mengambil alih kepresidenan bergilir enam bulan Uni Eropa pada 1 Juli. Negara tersebut telah mengambil peran sebagai penengah dalam konflik di Libya dan juga di Ukraina. "Tetapi Rusia juga harus membuat kontribusinya, yang sangat lambat di Ukraina," kata Maas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement