REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY - Negara bagian terpadat kedua di Australia, Victoria, bisa membutuhkan waktu lockdown lebih lama dari enam pekan apabila warganya tetap pergi bekerja walau merasa tak enak badan. Pernyataan ini diungkapkan otoritas setempat, Senin. Saat ini Victoria sedang memberlakukan karantina wilayah selama enam pekan dalam membendung penyebaran virus corona.
Perkiraan itu muncul pada saat Australia bergelut menahan gelombang kedua penularan virus penyebab penyakit Covid-19 itu. Australia, salah satu negara yang paling ringan terdampak pandemi corona, dengan total sedikit lebih dari 14.400 kasus ditambah 155 kematian, menerapkan karantina wilayah secara ketat pada tahap-tahap awal wabah.
Negara itu kemudian mulai melonggarkan penguncian secara bertahap pada Mei. Namun pertambahan kasus di Victoria dalam beberapa pekan terakhir ini memaksa otoritas negara bagian itu memberlakukan kembali penguncian selama enam pekan di Ibu Kota Melbourne mulai awal Juli.
Otoritas kota berpenduduk lima juta jiwa itu juga mewajibkan semua warga mengenakan masker. Jika tidak memakai masker, mereka akan didenda masing-masing 200 dolar Australia (sekitar Rp 2 juta).
Victoria pada Ahad (26/7) mengalami hari terburuk dalam jumlah kematian sejak pandemi mulai muncul. Negara bagian ini mencatat 10 orang meninggal, sebagian besar di tempat-tempat perawatan lansia. Victoria juga melaporkan 459 kasus baru, jumlah tertinggi kedua dalam kenaikan kasus harian.
Sementara negara bagian tersebut bergerak menuju pekan ketiga karantina wilayah, Wakil Kepala Badan Medis Nick Coatsworth mengatakan Victoria kemungkinan membutuhkan waktu lebih dari enam pekan untuk melandaikan kurva virus corona karena virus itu sekarang "melekat" pada komunitas.
Negara bagian tetangga Victoria, New South Wales, juga bergulat dengan beberapa klaster virus. Klaster-klaster muncul di sebuah hotel, satu restoran Thailand, dan satu tempat hiburan. Namun sebagian besar kasus terkait dengan sumber-sumber yang tidak diketahui.
Pihak berwenang telah mendesak masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan yang tidak penting dan untuk tidak berkerumun. Warga juga diminta mengenakan masker di dalam ruangan jika tidak memungkinkan bagi mereka untuk menjaga jarak fisik.