Senin 27 Jul 2020 13:08 WIB

China Ambil Alih Konsulat AS di Chengdu

China menutup konsulat AS di Chengdu sebagai aksi balasan terhadap Washington.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pekerja mencopot papan nama kantor konsulat AS di Chengdu, Sichuan, China.China telah memerintahkan penutupan kantor konsulat AS di Chengdu mulai Senin (27/7).
Foto: EPA
Seorang pekerja mencopot papan nama kantor konsulat AS di Chengdu, Sichuan, China.China telah memerintahkan penutupan kantor konsulat AS di Chengdu mulai Senin (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, CHENGDU -- China mengatakan telah mengambil alih tempat konsulat Amerika Serikat (AS) di kota barat daya Chengdu pada Senin (27/6). Fasilitas itu telah ditutup sebagai pembalasan karena Washington telah melakukan hal yang sama terhadap konsulat Cina di Houston, Texas.

Kementerian Luar Negeri China mengatakan, konsulat ditutup pada pukul 10.00 waktu setempat. Pihak berwenang kemudian dapat memasuki gedung dan mengambil alih tempat itu.

Baca Juga

Polisi di Chengdu membatasi akses ke daerah di sekitar konsulat pada Senin pagi. Terdapat empat pejabat dengan alat pelindung diri terlihat berjalan menuju konsulat sekitar pukul 10:24 waktu setempat.

AS mengonfirmasi penutupan konsulat dalam sebuah video perpisahan yang dibagikan dari kedutaan AS di akun Twitter. "Konsulat AS di Chengdu telah dengan bangga mempromosikan saling pengertian antara orang Amerika dan orang-orang di Sichuan, Chongqing, Guizhou, Yunnan dan Tibet sejak 1985. Kami akan selalu merindukanmu," katanya.

Sebelum penutupan resmi, sebuah crane terlihat memasuki kompleks konsulat dan mengangkat setidaknya satu kontainer ke sebuah truk besar, pada Ahad (26/7) malam. Sehari sebelumnya, seorang pekerja terlihat menggunakan alat seperti palu dan pahat melepas alat kelengkapan di sekitar sebuah plakat di luar pintu masuk utama.

China memerintahkan penutupan fasilitas pada Jumat (24) setelah Washington pekan lalu memberi China waktu  72 jam untuk mengosongkan konsulat di Houston.  Hal ini terjadi akibat hubungan AS-Cina yang telah jatuh ke dalam keadaan terburuk dalam beberapa dekade terakhir karena berbagai perselisihan, seperti perdagangan dan teknologi, pandemi Covid-19, klaim teritorial Cina di Laut Cina Selatan, dan penerapan Undang-Undang Keamanan terhadap Hong Kong.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement