Senin 27 Jul 2020 15:11 WIB

Jepang Dorong Perusahaan Kerja Lewat Daring

Jepang khawatir adanya kenaikan kasus Covid-19.

 Kaum muda berdiri di kawasan hiburan malam di Kabukicho, Shinjuku, Tokyo. Ratusan kasus positif kembali muncul di Jepang pada 20 Juli 2020. Aturan protokol kesehatan hiburan malam Jepang dibuat tekan kasus positif Covid-19.
Foto: EPA
Kaum muda berdiri di kawasan hiburan malam di Kabukicho, Shinjuku, Tokyo. Ratusan kasus positif kembali muncul di Jepang pada 20 Juli 2020. Aturan protokol kesehatan hiburan malam Jepang dibuat tekan kasus positif Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang akan mendesak perusahaan untuk melaksanakan kebijakan telecommuting atau bekerja secara daring dan meningkatkan langkah-langkah jaga jarak saat meningkatnya kasus Covid-19 di antara pekerja. Beberapa pekerja dinyatakan positif virus Corona karena bersosialisasi setelah bekerja.

Rekor lonjakan kasus Covid-19 selama seminggu terakhir di Tokyo dan daerah perkotaan besar lainnya telah membuat para ahli khawatir terhadap gelombang kedua.

Baca Juga

Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura Ahad malam meminta para pemimpin bisnis untuk meningkatkan langkah-langkah pencegahan Covid-19 seperti mendorong lebih banyak lagi bekerja secara daring selama keadaan darurat di Jepang. Tokyo pekan lalu melaporkan catatan harian 366 kasus, dengan 239 pada hari Minggu.

Kota Fukuoka selatan melaporkan rekor 90 kasus pada hari Minggu, bersama dengan meningkatnya jumlah di Osaka. "Pada satu titik, angka komuter turun 70 hingga 80 persen, tapi sekarang hanya sekitar 30 persen," kata Nishimura.

"Kami benar-benar tidak ingin mengulang hal ini, jadi kami harus mencari cara baru untuk bekerja."

Dia juga meminta perusahaan-perusahaan untuk menghindari pertemuan besar dan mendesak perubahan yang terjadi. Nishimura mengatakan pekan lalu menyampaikan kekhawatiran peningkatan klaster khususnya yang melibatkan bar, tempat kerja, dan sosialisasi setelah bekerja.

Meskipun jumlah kasus corona dengan kondisi serius masih relatif kecil, pemerintah juga prihatin dengan peningkatan infeksi di antara masyarakat di usia 40-an dan 50-an. Pemerintah pusat tetap bertekad untuk memulai kembali kegiatan ekonomi dan pekan lalu meluncurkan kampanye perjalanan domestik di tengah kritik yang meluas.

Tetapi Tokyo dihilangkan dari rencana pembukaan perjalanan domestik. Gubernur Tokyo Yuriko Koike meminta penduduk kota untuk tinggal di rumah selama empat hari tiap pekan yang dimulai hari Kamis. Lebih dari 30 ribu orang di Jepang telah terinfeksi dan hampir 1.000 orang telah meninggal.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement