Senin 27 Jul 2020 17:03 WIB

Kaitan Hari Esok dan Pentingnya Ucapkan Kalimat Insya Allah 

Hari esok merupakan rahasia Allah SWT semata.

Hari esok merupakan rahasia Allah SWT semata. Kesungguhan berdoa (Ilustrasi)
Hari esok merupakan rahasia Allah SWT semata. Kesungguhan berdoa (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Tak ada yang bisa menebak apakah yang akan terjadi pada hari esok. Segala yang berkenaan dengan hari esok adalah rahasia Allah SWT semata. 

Allah SWT telah memberikan pernyataan-Nya dalam surat Luqman 34: 

Baca Juga

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

''Sesungguhnya hanya pada sisi Allah sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan dan mengetahi apa yang ada dalam rahim. Dan tak seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diperolehnya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahamengenal.''

Mengomentari ayat ini, Muhammad Asad dalam bukunya The Massage of The Quran menyatakan bahwa yang ada dalam rahim tidak hanya berkaitan dengan jenis kelamin embrio, tapi juga dengan persoalan ia akan lahir atau tidak; kalau lahir, bagaimana watak dan karakternya, juga apa peranan yang akan dimainkannya dalam hidup; hidup itu sendiri (dalam ayat tadi) disimbolkan dengan hujan, sedangkan akhir hidup di dunia dengan hari kiamat.

Sedangkan A Yusuf Ali dalam karyanya The Holy Quran menyatakan bahwa ''apa yang akan diperolehnya besok'' dalam ayat tersebut tidak hanya berarti ''memperoleh penghidupan'' dalam arti fisik, tapi juga memperoleh berbagai akibat (baik atau buruk) dari tindakan seseorang secara umum. Secara sederhana dapat diartikan ''tak seorang pun yang tahu apa yang akan ditimbulkan hari esok''.

Walaupun tidak bisa dengan pasti meramal apa yang akan diperoleh besok, bukan berarti kita tak perlu berusaha. Dengan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan, kita harus mengantisipasi apa yang akan kita perbuat besok: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr [59]: 18). 

Dan terhadap sesuatu yang akan dilaksanakan besok, kita harus mengaitkannya dengan kehendak Tuhan, dengan mengucapkan ''Insya Allah'': 

وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَٰلِكَ غَدًا

إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا

“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi. Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". (QS Al-Kahfi [18]: 23-24).  

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement