Senin 27 Jul 2020 18:56 WIB

Alasan DKI dan Jabar Jadi Pionir Pinjaman Pemerintah

DKI dan Jabar berkontribusi sekitar sekitar 30 persen terhadap PDB Indonesia.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Sri mengatakan, DKI Jakarta dan Jawa Barat dipilih mendapatkan pinjaman PEN karena kedua provinsi mengalami imbas signifikan Covid-19.
Foto: Dok Biro Komunikasi Informasi Kemenkeu
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Sri mengatakan, DKI Jakarta dan Jawa Barat dipilih mendapatkan pinjaman PEN karena kedua provinsi mengalami imbas signifikan Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, ada dua alasan pemerintah pusat memilih DKI Jakarta dan Jawa Barat sebagai dua provinsi yang mendapatkan pinjaman program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pertama, dampak Covid-19 yang signifikan terhadap ekonomi daerah dan kedua, kesiapan proyek.

Sri menyebutkan, perekonomian DKI Jakarta dan Jawa Barat mengalami pukulan cukup keras akibat pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi Jakarta menurun 5,6 persen (yoy) pada kuartal kedua dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) turun hingga 54 persen. Peningkatan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI bahkan mencapai 0,4 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Baca Juga

Di sisi lain, Sri menambahkan, perekonomian Jawa Barat terkontraksi 2,7 persen (yoy), turun lebih dalam dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yakni 5,39 persen. PAD Jawa Barat pun turun 16,7 persen dengan potensi kenaikan defisit 0,2 persen dari PDRB.

"Mereka termasuk dalam provinsi yang mengalami dampak sangat besar atas Covid-19 terhadap kesejahteraan ekonomi dan masyarakat," kata Sri dalam Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Pemda Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat dengan PT SMI (Persero) tentang Pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional, Senin (27/7).

Padahal, DKI Jakarta dan Jawa Barat memiliki kontribusi yang besar, yakni sekitar 30 persen terhadap PDB Indonesia. Sri mengatakan, apabila dua daerah ini bangkit, pengaruhnya akan besar terhadap ekonomi nasional.

Selain dampak yang besar, DKI Jakarta dan Jawa Barat merupakan daerah dengan proyek-proyek yang relatif siap untuk dieksekusi pada tahun ini. Sri berharap, akselerasi dapat terus dilakukan untuk mendukung pemulihan ekonomi pada kuartal ketiga dan keempat.

Untuk pemulihan ekonomi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengusulkan pinjaman Rp 4,5 triliun pada 2020 dan Rp 8 triliun pada 2021. Sementara Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengajukan pinjaman Rp 1,9 triliun pada tahun ini dan Rp 2,09 triliun pada tahun depan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement