REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fatima Mik Davidson adalah Menteri Negara Pembangunan Sosial dan Pemerintah Daerah Republik Trinidad dan Tobago. Dalam sebuah wawancara kepada Minbar al-Islam di Kairo, dia berbicara tentang awal mula mengenal Islam dan bagaimana akhirnya menjadi Muslim.
"Biarkan saya bawa Anda kembali ke 9 Maret 1950," kata wanita yang sebelumnya bernama Model Donafarnik Davidson itu dilansir di Islam Web.
Suatu kali, ketika bangun di pagi hari, dia merasa suara 'Allahu Akbar, Allahu Akbar' berdengung di telinganya dan itu menggetarkan dirinya. Ia awalnya tidak mengetahui apa itu, tetapi saat itulah titik awal bagi dirinya mencari petunjuk Allah. "Sampai akhirnya saya bisa menemukan salinan terjemahan Alquran. Kemudian saya siap memercayainya," ujarnya.
Kemudian, secara kebetulan, Fatima bertemu seorang ulama Muslim bernama Maulana Siddiq dari Pakistan dan seorang ulama India bernama Shaykh Ansari. Dia berdiskusi dengan mereka secara rinci, tentang alam dan apa yang dirasakannya selama ini di dalam hati.
"Sampai para ulama besar ini berseru kepada saya, 'Alhamdulillah Anda seorang Muslim! Anda sekarang seorang wanita Muslim. Baca apa yang Anda suka, masuk masjid dan berdoa. Kami siap menyambut Anda, kapan pun Anda merasa ingin mempelajari apa pun'," ujarnya.
Sejak hari itu, Fatima merasa bahagia dan merasa hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan iman, cinta, dan penghargaan yang tinggi kepada Nabi Muhammad SAW. Karena itu, meski tanggal resmi dirinya masuk Islam itu sekitar 1975, tetapi dia telah menjadi Muslim selama 33 tahun terakhir, yaitu sejak mendengar suara misterius yang membuatnya enggan masuk biara.
"Saya adalah gadis kulit berwarna pertama yang memasuki masjid. Ini mendorong banyak gadis Muslim masuk masjid untuk berdoa, khususnya Masjid Anjuman Jami Sanatal yang didirikan oleh cendekiawan besar Shaikh Ansari di kota Francis di Trinidad, ketua yang sekarang adalah Al-Haji Shafiq Muhammad," katanya.
Sebelum itu, penduduk di sana menganggap Islam adalah agama orang India yang mengikuti begitu banyak nuansa ajaran dan aliran agama. Namun sekarang ini sebagian besar penduduk pulau yang sebagian besar berasal dari Afrika itu memeluk Islam.
"Sampai persentase umat Islam naik menjadi 13 persen dari total populasi Republik, dibandingkan dengan 31 persen Katolik, 27 persen Protestan, enam persen Hindu, dan 23 persen lainnya," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Fatima juga bercerita soal dampak yang dirasakan terhadap pekerjaan seusai masuk Islam. Dia mengungkapkan, Islam meminta menjalankan sesuatu secara ikhlas dan dia pun mempraktikkan ajaran tersebut.
"Dengan kemampuan terbaik saya dan dengan kesadaran yang kuat dari hati saya, saya menghindari segala sesuatu yang menjijikkan untuk Islam. Mengenai dampak pertaubatan saya pada pekerjaan saya, itu tidak lain adalah berkat dan kebaikan. Mantan perdana menteri kami menyarankan saya untuk mengunjungi Mesir, karena itu adalah tanah Jami'ah Al-Azhar yang terkenal dan sumber peradaban. Dia sering berbicara banyak tentang Islam," kata dia.
Perdana Menteri saat ini pun mengizinkannya mengunjungi Mesir, khususnya Al-Azhar. Hal ini menyusul penugasan yang diberikan kepadanya sebagai Menteri Negara untuk Pembangunan Sosial dan Pemerintah Daerah.
"Saya mengambil bagian dalam pemilihan parlemen beberapa kali dan keluar dengan sukses meski menjadi Muslim. Saya telah bekerja sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan juga sebagai Menteri dalam Kabinet Perdana Menteri, meski saya seorang Muslim," ungkapnya.
Fatima juga menyebutkan, kini Republik Trinidad dan Tobago menjadikan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur resmi. Dengan demikian, umat Muslim memiliki kebebasan merayakan bulan Ramadhan di rumah-rumah mereka seperti di masjid-masjid di seluruh Negara.
"Saya menyerukan kepada Dunia Islam untuk menghapus sekat-sekat mereka karena persatuan adalah kekuatan, terutama di bawah agama Islam yang sangat baik yang telah membawa kesetaraan bagi umat manusia dan yang mengatur interaksi dan transaksi kita," ucapnya.
Karena itu, menurut Fatima, dunia Islam harus menghentikan perang yang berkecamuk di antara negara-negara tertentu. "Mungkin untuk menyelesaikan semua kesulitan dan perselisihan yaitu dengan jalan negosiasi, konsultasi dan pemahaman," jelasnya.