Selasa 28 Jul 2020 01:40 WIB

BMKG: Pola Embun Upas Dieng Dapat Diprakirakan

Di musim kemarau, suhu udara Dieng mencapai nol derajat celcius.

Pengunjung berada di lokasi wisata alam kawah Sikidang di dataran tinggi Dieng Desa Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Kamis (2/1/2020).
Foto: Antara/Anis Efizudin
Pengunjung berada di lokasi wisata alam kawah Sikidang di dataran tinggi Dieng Desa Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Kamis (2/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan pola pembentukan kristal es yang membeku di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, yang lebih dikenal dengan Embun Upas bisa diprakirakan.

"Dengan data pengamatan cuaca yang akurat, pola embun upas bisa diprakirakan serta akan menjadi daya tarik wisata," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Achadi Subarkah Raharjo di Semarang, Senin.

Baca Juga

Ia menjelaskan kemarau di Indonesia secara regional dipengaruhi oleh mesin cuaca yang dinamakan Monsoon Australia.

Menurut dia, Benua Australia ibarat memiliki kipas angin raksasa yang menghembuskan massa udara yang bersifat kering dan dingin ke wilayah selatan garis ekuator Indonesia.

Dataran tinggi Dieng yang berada pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut dapat mencapai suhu nol derajat Celcius atau lebih rendah pada saat kemarau.

Pola suhu tersebut, kata dia, banyak dipengaruhi oleh pertukaran radiasi di permukaan, sirkulasi angin lembah dan gunung, serta konvektif skala meso.

Ia menyebut kelembaban udara yang tinggi akibat kompleksitas pegunungan dan tutupan lahan menyebabkan terbentuknya embun upas.

Pola kelembaban udara kawasan Dieng yang menjadi jenuh atau terkondensasi saat menjelang pagi bersamaan dengan suhu udara minimum yang bahkan mencapai minus, kata dia, mengakibatkan titik-titik embun berubah menjadi kristal es.

"Seiring dengan terbitnya Matahari maka embun upas akan mencair," katanya.*

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement