REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angkatan Laut Indonesia (TNI AL) telah melakukan latihan empat hari di Laut Cina Selatan, dalam apa yang tampaknya menjadi unjuk kekuatan besar-besaran terhadap klaim pemerintah Cina atas perairan di kawasan Laut China Selatan. Sebanyak 24 kapal perang berpartisipasi dalam latihan yang dimulai Selasa (21/7), termasuk dua kapal perusak rudal dan empat kapal perang pengawal.
Sebagian dari latihan dipentaskan di dekat Kepulauan Natuna di Indonesia. Wilayah itu dekat perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di sekitar Natuna yang tumpang tindih dengan peta 'sembilan garis putus-putus' yang selama ini diklaim oleh pemerintah Cina. "Bahkan dengan pandemi Covid-19, respons militer tidak berkurang," kata Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) I Laksamana Muda (Laksda) Ahmadi Heri Purwono, dikutip dari Nikkei Asian Review, akhir pekan kemarin.
Kapal-kapal pencuri ikan China di Laut China Selatan beroerasi didampingi oleh kapal-kapal pemerintah berbendera China telah berulangkali terdeteksi di kawasan Laut Natuna, sehingga menimbulkan kekhawatiran di pihak Indonesia. Karena itu, latihan militer bertujuan untuk membangun kemampuan strategis dengan tujuan mempertahankan Natuna.
Dalam surat pada Mei untuk Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, Indonesia mengatakan "tidak terikat" oleh klaim sembilan garis putus-putus yang diklaim China. Indonesia menegaskan, klaim China "tidak memiliki dasar hukum internasional." Tindak lanjut surat itu pada Juni, Jakarta dengan tegas menolak tawaran untuk merundingkan apa yang disebut Beijing sebagai "klaim yang tumpang tindih."
Indonesia bukan termasuk yang mengeklaim dalam sengketa Laut Cina Selatan-yang melibatkan Cina, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Vietnam-tetapi ketika Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengeluarkan pernyataan yang menolak klaim maritim China di perairan yang disengketana, Indonesia secara khusus menyebut Natuna sebagai berada di luar yurisdiksi China.
Dalam siaran pers pada Jumat (24/7), Komando Armada I (Koarmada) I menggelar Latihan Geladi Tugas Tempur (Gelagaspur) Tingkat-3 di kawasan Perairan Laut Jawa, Selat Karimata, hingga Perairan Pulau Singkep, Kepulauan Riau. Latihan L-3 Terpadu Koarmada I ini dipimpin langsung oleh Laksda Ahmadi Heri Purwono. Latihan ini digelar dalam rangka mendukung tugas TNI AL untuk memelihara kemampuan dan profesionalisme prajurit dalam melaksanakan operasi laut gabungan dan operasi amfibi, serta mewujudkan kesiapan unsur-unsur Koarmada I dalam mendukung operasi gabungan TNI.
Laksa Ahmadi Heri menyampaikan, latihan ini merupakan latihan puncak dari Kotama yang melibatkan Koarmada I, korps Marinir, Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), dan Pusat Penerbangan AL (Puspenerbal). Saat ini seluruhnya diintegrasikan menjadi satu untuk melaksanakan latihan bersama dengan niat untuk menjaga profesionalisme prajurit ditengah pandemi Covid-19.
Latihan yang digelar selama empat hari dari tanggal 21 sampai 24 Juli 2020 tersebut mengerahkan 24 kapal/unsur laut, yaitu satu unit kapal selam, dua perusak kawal rudal (PKR), empat perusak kawal (PK), satu fast patrol boat (FPB), enam kapal cepat rudal (KCR), tiga kapal patroli cepat (PC), dua landing platform dock (LPD), dua angkut tank type frosch (ATF), satu bantu cair minyak (BCM), satu bantu tunda (BTD), satu bantuan umum (BU), satu tim pasukan katak (paska), dua tim Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair), dan satu tim Dinas Kesehatan (Diskes) TNI AL.
Sedangkan dukungan udara yang dikerahkan sebanyak 14 unsur, meliputi dua helikopter Panther, dua heli Bell, satu BO, dua Cassa, lima Bonanza, satu CN-235, dan satu King Air. Sementara unsur Marinir yang terlibat sebanyak satu Batalyon Tim Pertempuran Pasmar/1 Jakarta, lima BMP-3F, lima LVT-7A1, dua Kapa K-61R, lima BTR 50, dua Meriam Howitser 105, satu Tim Taifib, dan 23 kendaraan bermotor.