REPUBLIKA.CO.ID, DELAWARE -- Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, akan menjelaskan strateginya menghapus rasisme sistemik dan kesenjangan ekonomi rasialis saat ia berkampanye di kota asalnya, Wilmington, Delaware, Selasa (28/7).
Dalam pidato politiknya, Biden juga akan menyampaikan bagian terakhir rencananya memulihkan ekonomi AS yang terdampak pandemi Covid-19. Lewat kampanye itu, Biden, eks-wakil presiden pada masa Presiden Barack Obama, juga akan menunjukkan perbedaan antara strategi pemulihan ekonominya dengan kebijakan penanggulangan pandemi yang dijalankan Presiden AS Donald Trump, sang pejawat.
Biden akan bertarung melawan Trump pada pemilihan presiden 3 November 2020. Isu rasisme jadi perhatian utama kampanye calon presiden di AS setelah insiden kematian George Floyd, seorang warga kulit hitam, yang diikuti dengan aksi unjuk rasa selama beberapa bulan di puluhan kota.
Biden pada pekan lalu menyebut Trump sebagai orang rasis pertama yang menjabat sebagai presiden AS. Pernyataan itu langsung dikecam oleh tim kampanye Trump.
Calon presiden dari Partai Demokrat itu sempat menyampaikan tiga janji kampanye dalam "Build Back Better"/"Membangun Kembali dengan Lebih Baik" lewat pidato politik sebelumnya di lokasi kampanye, yang diadakan hanya beberapa kali secara langsung karena pandemi.
Ia menyampaikan rencana meningkatkan inovasi dan industri manufaktur, menekan dampak perubahan iklim dengan menanamkan modal triliunan dolar AS pada energi ramah lingkungan, serta meningkatkan kualitas lembaga pengasuhan anak-anak dan orang lanjut usia.
Sejumlah rencana Biden memang dapat diwujudkan lewat peraturan presiden, tetapi beberapa janji politiknya membutuhkan persetujuan Kongres. Dengan demikian, janji itu sulit terwujud jika Partai Republik masih menguasai mayoritas kursi di Senat pada pemilihan umum November 2020.
Tim kampanye Biden tidak menjelaskan strategi janji politik itu akan diwujudkan kelak. Walaupun demikian, tim kampanye Biden menyampaikan anggaran untuk berbagai program kerjanya nanti diperoleh dengan menaikkan tingkat pajak perusahaan hingga 28 persen, mengembalikan pajak terhadap orang kaya Amerika yang dipangkas oleh Trump, serta menutup kelemahan perpajakan.
Biden, yang dalam waktu dekat akan mengumumkan calon wakil presidennya, mendapat tekanan dari publik agar memilih seorang perempuan kulit hitam sebagai capres pasangannya. Tiga bulan menjelang pemilihan presiden, Biden mendapatkan suara lebih banyak dari Trump, demikian hasil beberapa survei di AS.