REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki pada Senin mengatakan dirinya percaya bahwa pengalihfungsian Hagia Sophia dari museum menjadi masjid telah membahagiakan hati orang-orang yang beriman dari semua agama.
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan berbagai pernyataan soal Hagia Sophia pada konferensi pers yang diadakan setelah pertemuan Kabinet di ibu kota Ankara.
Mengacu pada kritikan dari pihak asing tertentu terhadap Turki setelah keputusan Hagia Sophia, Erdogan menekankan bahwa pemerintah Turki tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu urusan dan nilai-nilai internal negaranya.
"Hagia Sophia adalah salah satu simbol peradaban kita, Hagia Sophia akan terus berfungsi sebagai tempat ibadah bagi bangsa kita, dunia Islam, dan semua Muslim," kata Erdogan.
Pemimpin Turki itu menggarisbawahi bahwa total 500 penjaga akan dikerahkan secara permanen untuk melindungi bangunan bersejarah itu, yang dapat dikunjungi oleh penganut agama lain.
Sekitar 350.000 Muslim melaksanakan Salat Jumat, yang perdana setelah jeda 86 tahun, di dalam dan di luar masjid bersejarah itu pada 24 Juli kemarin.
Pada 10 Juli, pengadilan Turki membatalkan dekrit Kabinet 1934 yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum, membuka jalan untuk penggunaannya sebagai masjid.
Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama 916 tahun hingga penaklukan Istanbul, dan berfungsi sebagai masjid dari 1453 hingga 1934 - hampir 500 tahun.
Pada tahun 1985, selama menjadi museum, Hagia Sophia dimasukkan ke Daftar Warisan Dunia UNESCO.
Selain menjadi masjid, Hagia Sophia juga merupakan salah satu tujuan wisata utama Turki dan akan tetap terbuka untuk pengunjung domestik dan asing.