Rabu 29 Jul 2020 13:12 WIB

Kemenparekraf Mulai Dekati Pasar Turis dari Afrika Selatan

Seperti Indonesia,saat ini Afrika Selatan tengah memberdayakan potensi turis domestik

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pemandu wisata memberi penjelasan kepada turis asing di kawasan obyek wisata Pura Taman Ayun, Badung, Bali, Kamis (12/3/2020).
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Pemandu wisata memberi penjelasan kepada turis asing di kawasan obyek wisata Pura Taman Ayun, Badung, Bali, Kamis (12/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif meyakinkan para pelaku industri pariwisata di Afrika Selatan terkait penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, and Environmental Sustainability) di destinasi-destinasi pariwisata Indonesia.

Plt Direktur Pemasaran Regional III Kemenparekraf, Raden Sigit Witjaksono mengatakan sejak 2015, pertumbuhan jumlah wisatawan Afrika Selatan yang datang berkunjung ke Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Dari 22.482 wisatawan di tahun 2016 menjadi 47.657 wisatawan pada 2019.

Baca Juga

“Hal ini membuktikan bahwa Afrika Selatan dan negara-negara Afrika lainnya telah mulai memperhitungkan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata favorit,” kata Sigit dalam keterangannya, Rabu (29/7).

Sigit menuturkan, Kemenparekraf terus berusaha meyakinkan khalayak internasional untuk berkunjung ke Indonesia dengan menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE.

“Kami telah mengimplementasikan protokol CHSE. Seperti memberikan pelatihan CHSE terhadap pelaku wisata, simulasi penerapan protokol CHSE, kampanye protokol CHSE ke masyarakat dan pelaku pariwisata, dan juga menerapkan protokol CHSE di destinasi di daerah yang telah melewati masa pembatasan sosial berskala besar,” katanya.

Chief Executive Officer South African Tourism, Sisa Nthsona, menuturkan penerapan protokol CHSE ini juga dipelajari dan diimplementasikan di berbagai destinasi wisata yang ada di Afrika Selatan.

“Pariwisata merupakan salah satu sektor yang tidak hanya menyumbang pendapatan di negara kami, tapi juga menyerap banyak tenaga kerja. Kami belajar dari Indonesia dan saat ini Afrika Selatan kini juga tengah mencoba menerapkan protokol kesehatan di destinasi wisata,” ucap Sisa.

Sisa juga menyarankan harus ada ketetapan protokol kesehatan secara global. Sehingga, tidak ada perbedaan standar protokol kesehatan di berbagai negara di dunia, termasuk di Afrika Selatan dan Indonesia.

“Jadi jangan sampai ketika kita bepergian ke suatu negara, ternyata negara itu punya standar protokol kesehatan yang berbeda dengan negara asal,” ucapnya.

Sementara itu, General Manager Thompsons Holiday, Angela Wood, mengatakan, ditutupnya sektor pariwisata di masa pandemi Covid-19 tidak boleh menjadi alasan bagi para pelaku pariwisata untuk berhenti mempromosikan potensi wisata di negaranya.

Angela menyebutkan, sama seperti Indonesia, saat ini Afrika Selatan tengah memberdayakan potensi wisatawan domestik. “Kita ingin menunjukkan bahwa di masa ini kita tak bisa berhenti, kita harus terus bergerak dan terus memasarkan potensi wisata,” tutur Angela.

Duta Besar RI untuk Afrika Selatan merangkap Botswana, Eswatini, dan Lesotho (Pretoria), Salman Al Farisi meyakini baik Indonesia dan Afrika Selatan dapat saling membantu dan bekerja sama di sektor pariwisata. “Sektor pariwisata antar negara itu bersifat saling mendukung satu sama lain, saya yakin di masa yang akan datang Indonesia bisa menampung lebih banyak wisatawan asal Afrika Selatan begitupun sebaliknya,” ujar Salman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement