REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PP Muhammadiyah menyatakan tetap menolak untuk menjadi bagian dari Program Organisasi Penggerak (POP) yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadiem Makarim. Muhammadiyah tetap menolak meskipun Mendikbud Nadiem Makarim sudah minta maaf.
"Muhammadiyah khususnya sudah berketetapan untuk mundur dan tidak akan ikut berpartisipasi dalam POP itu," kata Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah Kasiyarno saat dihubungi Republika, Rabu (29/7).
Muhammadiyah mengapresiasi pernyataan Nadiem yang telah meminta maaf kepada NU, PGRI dan Muhammadiyah atas polemik POP. Permintaan maaf Nadiem, menurut Kasiyarno menunjukkan bahwa menteri sudah mengakui adanya kelemahan kekurangan dalam menyelenggarakan POP kemarin.
Kasiyarno mengingatkan, hingga saat ini, konsep dan tujuan POP masih belum jelas. Ketidakjelasan ini ditunjukkan dari proposal yang masuk dan juga disetujui oleh Kemendikbud.
"Terlihat ada organisasi penggerak yang mengajukan judul-judul programnya saja jelas aneh-aneh dan itu jelas tidak mungkin perlu dikerjakan dengan anggaran sekian besar," ujar Kasiyarno.
Kasiyarno pun menegaskan, pernyataan maaf Nadiem tetap tak mengubah sikap Muhammadiyah. "Kita sudah bulat," kata mantan Rektor Universitas Ahmad Dahlan itu menegaskan.
Sebelumnya, Nadiem telah meminta maaf kepada NU, Muhammadiyah, dan PGRI soal kisruh Program Organisasi Penggerak (POP). Ia berharap, ketiga organisasi besar tersebut bersedia memberikan bimbingan dalam melaksanakan programnya.
"Dengan penuh rendah hati, saya memohon maaf atas segala keprihatinan yang timbul dan berharap agar tokoh dan pimpinan NU, Muhammadiyah, dan PGRI bersedia untuk terus memberikan bimbingan dalam proses pelaksanaan program yang kami sadari betul masih belum sempurna," kata Nadiem, dalam sebuah video resmi dari Kemendikbud, Selasa (28/7).
Ia menjelaskan, niat awal dari program ini adalah bermitra dengan para penggerak pendidikan untuk selanjutnya menemukan inovasi yang dipelajari oleh pemerintah. Tujuan akhirnya adalah agar program yang tepat bisa diterapkan dalam skala nasional.
"Hanya satu misi program kami, mencari jurus dan pola terbaik untuk mendidik penerus negeri ini," kata Nadiem.