Rabu 29 Jul 2020 14:24 WIB

China Retas Jaringan Sistem Komputer Vatikan, Ada Apa?

China diduga memiliki kepentingan dalam penunjukkan uskup di negaranya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Vatikan (ilustrasi).
Foto: VATICAN MEDIA
Vatikan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para peretas China disebut telah menembus jaringan komputer Vatikan dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu diungkap perusahaan keamanan siber yang berbasis di Massachusetts, Amerika Serikat (AS), Recorded Future.

Menurut Recorded Future, upaya peretasan mulai dilakukan pada awal Mei lalu. Infiltrasi menargetkan Vatikan dan Misi Studi Takhta Suci ke China, sekelompok diplomat informal Vatikan berbasis di Hong Kong yang telah menegosiasikan status gereja di Negeri Tirai Bambu.

Baca Juga

Satu serangan misalnya disusupkan dalam sebuah pesan palsu dari Vatikan ke seorang pendeta Hong Kong. Itu disebut merupakan upaya yang sangat canggih untuk meniru surat dari alat tulis resmi Uskup Agung Edgar Peña Parra.

Recorded Future menilai serangan tersebut kemungkinan besar terkait dengan negosiasi yang akan datang atas perjanjian 2018. Rincian dari tawar-menawar yang dicapai dua tahun lalu sebagian besar masih belum diketahui. Namun diyakini bahwa perjanjian itu telah memungkinkan Beijing untuk menunjuk calon uskup ke gereja-gereja. Kendati demikian Paus tetap memiliki hak untuk memilih. Hal tersebut akan didiskusikan China dan Vatikan pada September mendatang.

Recorded Future menyimpulkan bahwa kampanye peretasan dipelopori oleh RedDelta, sebuah kelompok peretas asal China yang disponsori negara. Ini menjadi contoh operasi peretasan lain yang "direstui" Pemerintah China dalam beberapa tahun terakhir.

“Gangguan yang dicurigai ke Vatikan akan menawarkan wawasan RedDelta ke posisi negosiasi Takhta Suci sebelum pembaruan kesepakatan September 2020. Penargetan Misi Studi Hong Kong dan Keuskupan Katolik-nya juga dapat menyediakan sumber intelijen yang berharga untuk memantau hubungan keuskupan dengan Vatikan dan posisinya terhadap gerakan pro-demokrasi Hong Kong di tengah-tengah protes yang meluas serta undang-undang keamanan nasional Hong Kong yang baru-baru ini disapu bersih," kata Recorded Future, dikutip laman The Hill pada Selasa (28/7).

Hubungan China dan Vatikan dibekap ketegangan selama beberapa dekade terakhir. Keduanya memutuskan hubungan diplomatik pada 1951. Setelah itu Vatikan secara resmi mengakui Taiwan. Pada 2014, China meniadakan tradisi dan membiarkan pesawat Paus terbang melintasi wilayah udaranya saat melakukan perjalanan ke Korea Selatan (Korsel).

Paus Francis kemudian mengirim pesan yang menawarkan berkah perdamaian kepada Presiden China Xi Jinping. Namun, ketegangan kembali meningkat ketika sejumlah pejabat China melayangkan tuduhan bahwa gereja membantu para pemrotes pro-demokrasi di Hong Kong.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement