REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Gerakan Bersih, Indah, Sehat, Aman (BISA) yang diinisiasi Kemenparekraf kembali singgah di Kepulauan Riau. Kali ini, Gerakan BISA yang dilaksanakan Direktorat Kelembagaan Kemenparekraf ini diterapkan di Pulau Penyengat, Tanjungpinang.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, 28-29 Juli 2020. Sebelum di Tanjungpinang, Gerakan BISA Kemenparekraf juga dilaksanakan Kota Batam, Kabupaten Bintan, dan Karimun.
Menurut Analis Perencanaan SDM Deputi Kebijakan Strategis Kemenparekraf Guntur Sakti, Gerakan BISA yang merupakan program padat karya, diharapkan dapat memberi manfaat baik bagi peserta program, maupun untuk mendorong pemulihan pariwisata di Pulau Penyengat.
"Gerakan BISA itu singkatan bersih, indah, sehat dan aman, yang merupakan syarat bagi kawasan pariwisata untuk menyambut kebiasaan baru dan menjawab tantangan sebagai akibat pandemi ini, " jelas Guntur, yang juga mantan kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri, Rabu (29/7).
Guntur Sakti, yang juga Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf ini juga berharap seluruh objek wisata di Tanjungpinang dapat menyesuaikan tuntutan pasar pariwisata. Salah satunya adalah menciptakan pariwisata yang aman dari Covid-19.
Gerakan BISA di Pulau Penyengat diikuti 100 orang, terdiri dari pekerja sektor pariwisata yang terdampak Covid-19, juga warga sekitar Penyengat. Dalam kegiatan tersebut, kemenparekraf juga menyerahkan peralatan gotong royong dan beberapa peralatan lainnya untuk pengecatan kawasan pariwisata di Penyengat.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri, Buralimar, menyambut baik kegiatan tersebut. Terlebih, bertujuan untuk memulihkan sektor pariwisata Kepri. Buralimar berharap Kemenparekraf menggelar kegiatan lain di Tanjungpinang.
"Kita berharap kondisi pariwisata di kepri segera pulih. Karena dampak ekonomi yang kita rasakan cukup berat. Secara bersama-sama akan kita lakukan proses recovery di sektor pariwisata kita," ungkap Buralimar.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Surjadi, menjelaskan secara teknis sistem kerja dalam kegiatan BISA ini, dimana selama dua hari peserta gotong-royong dibagi enam lokasi di Penyengat.
"Lokasi pulau penyengat ini cukup luas, agar efektif kita membagi enam kelompok, yang di sebar di beberapa lokasi, seperti seputaran masjid raya Sultan Riau, istana kantor, komplek makam Raja Haji, kawasan balai adat, dan kawasan makam Engku Puteri," kata Surjadi.