REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemimpin oposisi dari Partai Rakyat Republik (CHP), Kemal Kilicdaroglu mengatakan, ulama harus mengadopsi toleransi dan merangkul semua kalangan dari agama apa pun. Pernyataan ini diungkapkan sebagai kritik terhadap ulama terkemuka, Ali Erbas yang secara tidak langsung mengecam Mustafa Kemal Ataturk dalam khutbah Jumat perdana di Masjid Hagia Sophia.
"Alquran mengatakan, 'ucapkan kata-kata baik kepada orang-orang'. Apakah menggunakan kata 'kutukan' itu baik, ketika ada kata-kata tentang cinta dan toleransi? Tidak tepat bagi seorang ulama untuk menggunakan bahasa seperti itu," ujar Kilicdaroglu, dilansir Hurriyet Daily News, Rabu (29/7).
Erbas yang merupakan kepala Urusan Agama Turki (Diyanet) dituding telah melecehkan pendiri Turki yakni Ataturk dalam khutbahnya pada Jumat (24/7) lalu. Khutbah Erbas menuai kritik dari kelompok oposisi karena dinilai telah menyudutkan Ataturk yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum. Kilicdaroglu menuding Erbas tidak memiliki rasa hormat terhadap negara.
Kilicdaroglu mengatakan, jika Ataturk tidak berjuang untuk Turki maka tidak akan ada azan yang berkumandang di negara tersebut. Dia mendesak Erbas agar tidak melupakan sejarah bangsa. "Itu berarti Anda tidak pantas berada di posisi jabatan Anda sekarang, Anda menjabat dengan kebencian dan tanpa pengetahuan sejarah. Anda hanya akan mengotorinya," ujar Kilicdaroglu.
Erbas menolak tudingan oposisi bahwa dia telah melecehkan Ataturk dalam khutbahnya. Diketahui pada 1934, Ataturk menandatangani dekrit yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum. Kini, dekrit tersebut telah dibatalkan oleh pengadilan tinggi Turki sehingga Hagia Sophia bisa digunakan lagi sebagai tempat ibadah bagi umat Muslim. R