REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Militer Amerika Serikat akan membantu Jepang dalam memantau pergerakan China di sekitar pulau-pulau Laut China Timur yang dikendalikan oleh Tokyo, Rabu (29/7). China sendiri mengklaim bahwa wilayah itu merupakan bagian dari teritorialnya.
"Amerika Serikat 100 persen benar-benar tabah dalam komitmennya untuk membantu pemerintah Jepang dengan situasi ini," kata Komandan U.S. Forces Japan Kevin Schneider.
Kapal-kapal Beijing melakukan pelayaran di sekitar wilayah tersebut berkali-kali. Perselisihan atas pulau-pulau Laut China Timur, yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China, telah membara selama bertahun-tahun. Washington menyatakan netral dalam masalah kedaulatan, tetapi berjanji untuk membantu Jepang mempertahankan wilayah itu dari serangan.
"Mereka (kapal-kapal China) akan keluar-masuk beberapa kali dalam sebulan dan sekarang kami melihat mereka pada dasarnya memarkir dan benar-benar menantang pemerintah Jepang," kata Schneider.
Schneider menyatakan, Beijing kemungkinan akan mengakhiri larangan penangkapan ikan di Laut China Timur sekitar 15 Agustus. Kondisi itu memungkinkan armada pukat besar yang didukung oleh pasukan maritim, penjaga pantai China, dan Angkatan Laut China untuk menangkap ikan di sekitar pulau yang disengketakan.
China pun dinilai telah melakukan agresif dan merugikan atas tindakan yang dilakukan di wilayah sengketa itu. Pernyataan menyerang tersebut datang ketika Washington mengkritik Beijing karena mendorong klaim teritorial di Asia saat pandemi virus corona dan penurunan tajam hubungan antara kedua negara dalam banyak hal. Dalam sengketa terakhir, Beijing pekan ini menutup konsulat AS di kota Chengdu barat daya setelah Washington menutup konsulat China di Houston, Texas.
Jepang menjadi tuan rumah konsentrasi terbesar pasukan AS di Asia, termasuk kelompok kapal induk, skuadron tempur, dan pasukan amfibi yang dikerahkan di Okinawa. Ada sekitar 50.000 personel militer dan anggota keluarga dari AS di Jepang.