REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Kota Solo kembali berstatus zona merah atau risiko tinggi penyebaran Covid-19. Jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 secara kumulatif sampai Rabu (29/7) mencapai 257 kasus. Pada Rabu, terjadi penambahan tujuh kasus baru. Sehingga, jumlah kumulatif tersebut menjadikan kasus Covid-19 di Solo tertinggi se-Eks Karesidenan Surakarta.
Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Solo, Ahyani, menyatakan adanya lonjakan signifikan kasus Covid-19 dalam dua pekan terakhir. Dari total 257 kasus, sebanyak 140 kasus berasal dari klaster tenaga kesehatan (nakes).
"Kasusnya memang banyak, tapi asimtomatik (tanpa gejala) dan mayoritas pada nakes. Angka kesembuhan juga tinggi," kata Ahyani kepada wartawan, Rabu.
Menurut Ahyani, tambahan kasus baru tujuh orang pada Rabu tersebut lima di antaranya berasal dari klaster nakes. Sementara itu, pada Rabu tercatat pasien yang sembuh sebanyak 17 orang. Sehingga, dari 257 kasus itu, jumlah yang aktif tinggal 46 orang, dengan rincian 23 orang menjalani rawat inap dan 23 orang karantina mandiri.
"Ya memang karena kita ada penambahan transmisi menjadikan Solo zona merah, meskipun yang sembuh juga banyak. Sebenarnya pasien yang aktif tinggal 46 orang, kan sudah turun drastis. Tapi penambahan kan masih banyak ini yang membuat jadi zona merah," papar Ahyani.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengatakan, tambahan kasus lima nakes tersebut berasal ari RSUD dr Moewardi Solo serta nakes RS kabupaten lain di Solo Raya tetapi rumahnya di Solo. Dua lainnya merupakan pasien suspek yang naik kelas menjadi kasus konfirmasi.
Siti menambahkan, kasus pada nakes warga Solo yang bekerja di rumah sakit kabupaten lain tersebut diduga tertular saat ronda. Sebelum dinyatakan positif Covid-19, nakes tersebut tidak memiliki gejala sakit sehingga tetap beraktivitas seperti biasa.
"Saat ronda itu, mungkin terlalu dekat atau maskernya dilepas, kemudian menulari salah satu temannya. Setelah kami tracing ternyata tertular. Solo kembali jadi zona merah, memang karena kasusnya bertambah. Karena itu, masyarakat harus disiplin mematuhi protokol kesehatan," tegasnya.