Kamis 30 Jul 2020 09:27 WIB

Amnesty International: Anak-anak Yazidi Masih Dihantui ISIS

Anak-anak itu telah diabaikan dan sangat membutuhkan bantuan jangka panjang

Rep: Lintar Satria/ Red: A.Syalaby Ichsan
Kelompok minoritas Yazidi di Irak mengungsi akibat takut dengan ancaman milisi ISIS.
Foto: www.dw.de
Kelompok minoritas Yazidi di Irak mengungsi akibat takut dengan ancaman milisi ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD--Organisasi hak asasi manusia Amnesty International mengatakan anak-anak masyarakat minoritas etnik Yazidi masih menderita masalah kesehatan fisik dan mental. Walaupun mereka berhasil selamat dari pendudukan brutal ISIS di Irak.

Banyak anak Yazidi yang tewas ketika ISIS menyerang kampung halaman mereka tahun 2014 lalu. Hampir 2.000 anak yang berhasil selamat tidak mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.

Dilansir dari BBC, Kamis (30/7) Amnesty International mengatakan anak-anak itu telah diabaikan dan sangat membutuhkan bantuan jangka panjang. Ketika ISIS menyerang tempat tinggal mereka di warga Yazidi lari ke Gunung Sinjar. Banyak dari masyarakat minoritas itu yang tewas dibunuh dan sekitar 7.000 perempuan dewasa dan remaja diculik dan diperbudak. Banyak dari mereka yang diperkosa.

Sejumlah remaja laki-laki kehilangan anggota tubuh dalam perempuan. Remaja perempuan yang diperkosa mungkin tidak akan pernah memiliki anak. Amnesty International meminta perempuan Yazidi yang diperbudak dan memiliki anak dengan pejuang ISIS disatukan lagi dengan anak-anak mereka di luar negeri.

Berdasarkan puluhan wawancara yang dilakukan di utara Irak. Dalam laporannya  Amnesty International mengatakan anak-anak Yazidi 'mengalami cedera jangka panjang' serta stres pasca trauma,  perubahan emosi secara mendadak dan kilasan ingatan buruk.

Pendidikan langka di kamp-kamp tempat mereka tinggal .  Perempuan-perempuan yang dipaksa menikah dengan pasukan ISIS juga menderita luka psikologis yang serius. "Saya ingin memberitahu (masyarakat kami) dan semua orang di dunia, mohon terima kami dan terima anak kami, saya tidak ingin memiliki bayi dengan orang-orang ini, saya dipaksa memiliki putra," kata Janan yang berusia 22 tahun pada Amnesty International.

Saat melarikan diri dari benteng terakhir ISIS di Suriah. Banyak perempuan Yazidi yang terpisah dari anak-anak mereka."Kami semua sempat berpikir untuk bunuh diri, atau mencoba melakukannya," kata Hanan berusia 24 tahun yang kehilangan putrinya.

Amnesty mengatakan para ibu harus disatukan kembali dengan anak-anak mereka secara permanen. Deputi Direktur tim respon krisis Amnesty Matt Wells mengatakan para perempuan itu tidak boleh dihukum lagi."Perempuan-perempuan ini diperbudak, disiksa dan korban kekerasan seksual, mereka seharusnya tidak menderita hukuman apapun lagi," kata Wells.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement