REPUBLIKA.CO.ID, MINKS -- Pemerintah Belarus, Kamis (30/7), menduga satu kelompok tentara bayaran Rusia yang ditahan pada hari sebelumnya tengah merencanakan aksi teror menjelang pemilu presiden negara itu, 9 Agustus mendatang. Pemerintah Belarus juga telah memanggil duta besar Rusia untuk meminta penjelasan terkait hal ini.
Seperti diketahui, pada Rabu (29/7), Belarus menyatakan telah menahan lebih dari 30 orang yang diduga tentara bayaran Rusia di dekat Ibu Kota Minsk. Penangkapan dilakukan setelah ada informasi bahwa 200 lebih prajurit memasuki wilayah negara itu untuk memicu huru-hara.
Sekretaris Negara di Dewan Keamanan Belarus Andrei Ravkov mengatakan bahwa sekitar 200 prajurit bayaran itu masih berada di Belarus dan sejumlah agen penegakan hukum tengah mencari mereka. Menurut laporan media pemerintah, Belarus menangkap para terduga tentara bayaran yang bekerja untuk Wagner, perusahaan kontraktor militer swasta dari Rusia.
Kantor Kepresidenan Rusia, Kementerian Luar Negeri Rusia, serta perusahaan yang terafiliasi dengan Wagner belum memberikan komentar resmi mereka. Namun pemerintah Rusia membantah tuduhan bahwa pihaknya mengerahkan tentara bayaran.
Sebuah rekaman video penangkapan menunjukkan orang-orang yang ditangkap membawa mata uang Sudan dan kartu telepon dari negara itu. Hal itu menimbulkan pandangan ahli yang menyebut mereka sedang transit di Minsk dalam perjalanan menuju Afrika.
Seorang pejabat senior bidang keamanan Belarus menyebut bahwa 14 orang terduga tentara bayaran telah sempat berada di wilayah Donbass, Ukraina, lokasi pasukan Ukraina bertempur melawan prajurit yang didukung Rusia sejak konflik tahun 2014.