REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidur yang berkualitas merupakan salah satu komponen kunci dari gaya hidup sehat. Untuk memenuhi hidup sehat, idealnya seseorang membutuhkan tidur paling tidak tujuh hingga sembilan jam per hari.
Sayangnya, tak sedikit orang yang sulit mendapatkan jam tidur nyenyak. Sebagian orang juga mengalami gangguan tidur atau yang disebut insomnia. Namun, tidak banyak orang yang mengetahui pengertian dari insomnia.
Dilansir di laman Health, Kamis (30/7), insomnia bisa dikenali dengan beberapa ciri khusus. Secara umum, insomnia adalah gangguan tidur yang dapat menyebabkan masalah tidur.
Menurut sumber MedlinePlus Perpustakaan Nasional dan Obat-obatan AS, pada dasarnya insomnia menyebabkan kualitas tidur yang buruk atau terlalu sedikit tidur. Gangguan insomnia juga diklasifikasikan menjadi kronis atau jangka panjang, dan insomnia akut atau jangka pendek.
"Pada orang dewasa, insomnia kronis didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk tertidur dengan teratur, atau bangun lebih awal dari yang diinginkan," ujar Direktur Medis dari Center-Sleep Center Epilepsi Komprehensif di NYU Langone Health, Alcibiades Rodriguez, MD.
Menurut Rodriguez, gangguan tidur bisa disebut insomnia jika hadir setidaknya tiga kali per pekan selama tiga bulan. Di sisi lain, insomnia akut berlangsung selama kurang dari tiga bulan, dan mungkin hanya bertahan selama beberapa hari atau pekan.
Rodriguez menyebutkan, ada cara lain untuk mengklasifikasikan insomnia. Misalnya, seperti komorbiditas insomnia atau ketika gangguan tidur terjadi dengan kondisi lain.
“Insomnia berkaitan erat dengan gangguan suasana hati seperti kecemasan dan depresi,” kata Rodriguez.
Kondisi medis lainnya, seperti radang sendi atau sakit punggung, dapat menyebabkan ketidaknyamanan di malam hari yang membuat sulit tidur. Klasifikasi lain termasuk jenis insomnia, adalah yang sulit tidur pada awal malam, lalu terbangun pada dini hari, dan kesulitan kembali tidur.
Konsultan Tidur di Virginia Mason Medical Center, Seattle, Brandon Peters Mathews, MD, insomnia juga bisa menjadi masalah primer atau sekunder. Insomnia primer kerap terjadi dalam isolasi dan sering merupakan kondisi yang dipengaruhi genetika.
"Insomnia primer mungkin disebabkan oleh kecenderungan yang mendasari yang berkontribusi terhadap peningkatan terjaga di malam hari," kata Peters-Mathews.
Lalu, insomnia sekunder dapat berkembang sebagai respons terhadap gangguan lingkungan, atau karena stres psikososial. Insomnia sekunder sering dikaitkan dengan gangguan tidur lain, seperti sleep apnea atau sindrom kaki gelisah.
"Insomnia sekunder juga dapat terjadi karena kecemasan, nyeri kronis, atau masalah medis lainnya," kata dia.