Jumat 31 Jul 2020 15:03 WIB

Ekonomi Prancis Alami Kontraksi Terdalam Sejak Pascaperang

Ekonomi Prancis kontraksi 13,8 persen

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Esthi Maharani
Suasana Prancis ketika Lockdown dilonggarkan.
Foto: Dini Kusmana Massabuau
Suasana Prancis ketika Lockdown dilonggarkan.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Ekonomi Prancis mengalami kontraksi terdalam sejak pascaperang. Penyusutannya menyentuh angka 13,8 persen pada kuartal kedua seiring dengan penurunan konsumsi, investasi dan perdagangan setelah kebijakan lockdown diberlakukan untuk menekan penyebaran Covid-19.

Seperti dilansir di Reuters, Jumat (31/7), kontraksi pada ekonomi terbesar di zona euro tersebut lebih curam dibandingkan Jerman yang mencapai 10,1 persen. Tingkat kematian akibat Covid-19 terus meningkat di Jerman, namun tidak memberlakukan lockdown seketat Prancis.

Data menunjukkan, konsumsi rumah tangga turun 11 persen, sementara investasi perusahaan menyusut 17,8 persen. Ekspor dan impor masing-masing turun 25,5 persen dan 17,3 persen. Kontraksi terutama terjadi pada sektor kontraksi, yakni hingga 24,1 persen. 

Pemerintahan Prancis memberlakukan lockdown sampai 11 Mei, di mana toko-toko nonesensial ditutup. Secara bertahap, pembatasan tersebut dilonggarkan selama sisa kuartal kedua dengan kafe dan restoran sudah diizinkan dibuka pada 2 Juni.

Kontraksi Prancis yang mencapai double digit tidak separah dibandingkan perkiraan para analis. Kantor statistik nasional INSEE memperkirakan, ekonomi Prancis mampu menyusut hingga 17 persen, sementara survei Reuters memprediksi kontraksi 15,3 persen.

"Lumayan!" ujar Kepala Ekonom Allianz, Ludovic Subran yang memprediksi penurunan ekonomi Prancis mampu mencapai level 16 persen.

Ini adalah penurunan PDB Prancis ketiga berturut-turut. Resesi sudah dimulai pada kuartal keempat tahun lalu, ketika sejumlah serikat pekerja Prancis melakukan pemogokan nasional karena menolak rencana reformasi sistem pensiun yang digagas Presiden Emmanuel Macron yang berdampak pada penyusutan 0,2 persen dari output nasional.

Pada awal tahun, INSEE mengatakan, mereka memperkirakan ekonomi akan pulih sebesar 19 persen pada kuartal ketiga dan tiga persen pada kuartal keempat. Namun, tingkat aktivitas ekonomi masih satu sampai enam persen di bawah level sebelum krisis pada Desember.

Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk memastikan kinerja ekonomi lebih baik dibandingkan proyeksi kontraksi 11 persen sepanjang 2020.

Berbagai langkah seperti bantuan pemerintah untuk perusahaan dan keputusan untuk tidak menaikkan pajak sudah dan akan terus dilakukan. Kebijakan ini diambil untuk mendorong belanja konsumen, sehingga menjadi menopang ekonomi sampai akhir tahun.

"Kami akan berjuang untuk memastikan, kondisi kami bisa lebih baik dari 11 persen itu," kata Le Maire.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement