Jumat 31 Jul 2020 23:37 WIB

Sekum PP Muhammadiyah Tekankan Pentingnya Qurban Berkeadaban

Qurban Berkeadaban dinilai ibadah membangun jiwa kemanusiaan dan luhur

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti memberikan keterangan terkait Rancanan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila di Jakarta, Senin (15/6).
Foto: Republika/Prayogi
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti memberikan keterangan terkait Rancanan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila di Jakarta, Senin (15/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menilai tradisi berkurban perlu mendapatkan perhatian. Ia menawarkan konsep kurban berkeadaban sebagai alternatif atas tradisi berkurban yang dianggap kurang tepat.

Mu’ti menyebut ada beberapa aspek dalam tradisi kurban perlu ditinjau kembali. Pertama, masalah distribusi tidak merata karena hewan kurban melimpah di masjid perkotaan dengan jemaah aghniya (kaya), sementara di masjid perkampungan yang mayoritas jemaah kelas bawah kurban justru sangat terbatas, bahkan berkekurangan. 

Kedua, penyembelihan cenderung komunal dimana hewan kurban umumnya disembelih di masjid atau musala."Penyembelihan diselenggarakan amatiran dan terkesan menjadi ‘hiburan’ rakyat. Selain jagal yang tidak profesional, prosesi menyembelih tidak jauh beda dengan penganiayaan. Perlakuan kasar membuat hewan terlihat ketakutan dan menderita di tengah kerumunan massa," kata Mu’ti pada Republika, Kamis (30/7).

Ketiga, Mu’ti menyoroti pembagian daging kurban yang karikatif dalam relasi ‘atas-bawah’. Penerima kurban diperlakukan sebagai peminta-minta harus antre berjam-jam hingga tak jarang menelan korban jiwa.

Sebagai solusi, Mu’ti menjelaskan Berkeadaban Qurban adalah ibadah membangun jiwa kemanusiaan dan keadaban luhur. Menurutnya, perlu perubahan atas tradisi yang tidak mencerminkan keluhuran ajaran Islam. Pertama, diperlukan big data sehingga penerima (mustahik) dan pemberi kurban (ahli kurban) terdata dengan baik.

"Pendataan dimaksudkan agar hewan kurban tidak terkonsentrasi di kota-kota besar dan masjid agung," ujar Mu’ti.

Selanjutnya, Mu’ti menyarankan penyembelihan kurban lebih baik dilakukan di rumah pemotongan hewan (RPH) walau terasa tidak afdal karena tidak melihat langsung hewan kurban. Tapi hewan disembelih oleh jagal muslim profesional, terjamin kebersihan dan terjaga keamanannya karena tidak ada kerumunan massa.

"Penyembelihan amatiran harus diakhiri. Jika hewan kurban disembelih di masjid, musala, perkantoran, dan sebagainya, seyogianya dilakukan oleh jagal profesional," ucap Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Ketiga, daging kurban sebaiknya diantar langsung kepada penerima. Dengan cara itu, penerima akan merasa terhormat dan terhindar dari kemungkinan tertular atau menularkan virus korona. Metode lain yang mulai dirintis ialah penyerahan dalam bentuk daging olahan seperti rendang, dendeng yang tahan lama.

"Saatnya kita berubah dari tradisi kurban komunal dan tidak islami menuju ibadah kurban yang berkeadaban," imbau Mu'ti. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement