Sabtu 01 Aug 2020 11:42 WIB

Harganya Kembali Melonjak, Emas Menjadi Buruan Investor

Harga emas mencapai rekor kenaikan tertinggi sejak Februari 2016.

Petugas menunjukkan sampel emas batangan di Butik Emas Logam Mulia, Jakarta. ilustrasi
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukkan sampel emas batangan di Butik Emas Logam Mulia, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga komoditas emas naik pada akhir perdagangan Jumat (31/7) atau Sabtu (1/8) pagi. Kenaikan harga emas merupakan kenaikan bulanan tertinggi sejak Februari 2016.

Harga emas rebound dari aksi ambil untung sehari sebelumnya, karena kemerosotan dolar AS dan angka-angka ekonomi yang buruk memicu serbuan terhadap aset aman logam mulia.

Baca Juga

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, naik 19,1 dolar AS atau 0,97 persen, menjadi ditutup pada 1.985,90 dolar AS per ounce. Emas berjangka turun 11,1 dolar AS atau 0,57 persen, menjadi 1.942,30 dolar AS per ounce pada Kamis (30/7).

Emas berjangka juga naik 8,8 dolar AS atau 0,45 persen menjadi 1.953,40 dolar AS pada Rabu (29/7), setelah terangkat 13,6 dolar AS atau 0,7 persen menjadi 1.944,6 dolar AS pada Selasa (28/7). Berhasil menembus level psikologis 1.900 dolar AS, melonjak 33,5 dolar AS atau 1,77 persen, menjadi 1.931 dolar AS pada Senin (27/7).

"Lingkungan makro masih tetap sangat positif dan harga terus melacak suku bunga riil, pelemahan ekstrem dalam dolar telah membantu menopang harga emas lebih lanjut," kata analis Standard Chartered, Suki Cooper.

Dolar berada di jalur untuk penurunan bulanan terbesar dalam hampir satu dekade. Data menunjukkan ekonomi AS mengalami pukulan terberat pada kuartal kedua akibat pandemi sejak Depresi Hebat, sementara investor juga bersiap menghadapi situasi politik yang tidak pasti di negara itu.

Emas telah melonjak hampir 30 persen sepanjang tahun ini, didorong oleh suku bunga rendah secara global dan stimulus luas dari bank-bank sentral menambah dukungan untuk logam yang dianggap sebagai tempat berlindung dari inflasi dan penurunan nilai mata uang.

"Dengan kebijakan suku bunga sudah pada atau bahkan di bawah batas nol, dukungan untuk harga emas berasal dari inflasi yang lebih tinggi, dalam pandangan kami," kata BofA Global Research, yang memperkirakan emas akan mencapai 3.000 dolar AS per ounce dalam 18 bulan mendatang.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 85,4 sen atau 3,66 persen, menjadi ditutup pada 24,216 dolar per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 6,3 dolar AS atau 0,69 persen, menjadi menetap pada 918,9 dolar AS per ounce.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement