REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Lebih dari satu juta perawat dan dokter di Filipina mendesak pemerintah memberlakukan kembali karantina wilayah atau lockdown. Mereka menilai negara tersebut telah kalah menghadapi pandemi Covid-19.
Sebanyak 80 kelompok yang mewakili 80 ribu dokter dan satu juta perawat memperingatkan runtuhnya sistem kesehatan akibat terus melonjaknya kasus baru Covid-19.
"Petugas kesehatan kami kelelahan dengan jumlah pasien yang tampaknya tak berujung dan berbondong-bondong ke rumah sakit kami untuk penerimaan dan perawatan darurat," kata kelompok yang dipimpin Philippine College of Physicians dalam suratnya yang ditujukan kepada Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Sabtu (1/8).
Mereka mengisyaratkan tak mampu lagi menghadapi kondisi demikian. "Kami melakukan pertarungan yang kalah melawan Covid-19," kata mereka. Surat dari perhimpunan perawat dan dokter itu telah diterima istana kepresidenan.
Istana mengatakan akan memasukkan usulan serta saran dari para pemangku kepentingan dalam pertemuan-pertemuan gugus tugas penanganan Covid-19 mendatang. "Istana memahami tindakan keseimbangan antara kesehatan masyarakat dan kesehatan ekonomi negara," kata juru bicara Duterte, Harry Roque, dalam sebuah pernyataan.
Pemerintahan Duterte mulai menerapkan peraturan lockdown yang ketat pada pertengahan Maret. Pada Juni, pembatasan dilonggarkan dengan maksud memberi "napas" untuk kegiatan perekonomian. Namun sejak saat itu, angka infeksi Covid-19 di sana terus melonjak hingga lima kali lipat.
Sejauh ini Filipina telah memiliki 93.354 kasus Covid-19 dengan korban meninggal sebanyak 2.023 jiwa. Petugas kesehatan, termasuk ahli mikrobiologi, penyakit menular dan pakar kesehatan masyarakat, dokter anak serta perawat telah menyerukan penerapan lockdown selama dua pekan di ibu kota Manila dan provinsi lain di wilayah selatan. Mereka meminta lockdown diberlakukan hingga pertengahan Agustus.