Ahad 02 Aug 2020 02:29 WIB

Wabah Pes di Hindia Belanda Jadi Pendorong Nasionalisme

Ketika wabah pes terjadi, dokter Belanda cenderung tak peduli dengan pribumi

Perbatasan Malang dijaga militer kolonial saat mewabahnya pes pada 1910-1911.
Foto: Dok Istimewa
Perbatasan Malang dijaga militer kolonial saat mewabahnya pes pada 1910-1911.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wabah pes di Hindia Belanda pada awal abad XX salah satu pendorong munculnya nasionalisme di kalangan pribumi.

"Ada peran dokter Jawa, salah satunya Tjipto Mangunkusumo yang memang sudah turun ke lapangan sejak terjadi wabah pes," kata sejarawan publik dari Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Universitas Indonesia Kresno Brahmantyo dalam bincang-bincang Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Sabtu (1/8)

Selain pes, wabah lain yang juga terjadi adalah flu spanyol yang melanda beberapa negara. Saat wabah-wabah itu terjadi, dokter-dokter dan tenaga kesehatan Belanda tidak mau bersentuhan, bahkan cenderung tidak peduli, dengan warga pribumi.

Sikap dokter dan tenaga kesehatan Belanda itu membuat kesal para dokter Jawa, yang juga ikut memengaruhi sikap para calon dokter pribumi yang sedang bersekolah di Sekolah Pendidikan Dokter Hindia (STOVIA).

Melalui mahasiswa-mahasiswa STOVIA itulah kemudian berdiri perkumpulan nasionalis Budi Utomo pada 20 Mei 1908, yang tanggal pendiriannya kemudian ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

"Sikap dokter dan tenaga kesehatan Belanda yang tidak mau bersentuhan dengan warga pribumi itu kemudian memunculkan mantri-mantri pribumi," tutur Kresno.

Ketika flu spanyol juga melanda Hindia Belanda, para mantri pribumi bersama mahasiswa-mahasiswa STOVIA aktif menyosialisasikan protokol kesehatan kepada masyarakat. Protokol kesehatan saat itu hampir sama dengan pandemi Covid-19 saat ini, yaitu tetap tinggal di rumah dan beristirahat.

Menurut Kresno, pemerintah kolonial Hindia Belanda juga melibatkan para dalang untuk menyosialisasikan protokol kesehatan kepada masyarakat melalui pergelaran wayang.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement