REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Gerakan pro-demokrasi pelajar Thailand yang baru muncul telah mengadopsi hamster kartun Jepang, Hamtaro, sebagai cara kreatif untuk mendapatkan dukungan dari orang-orang muda di seluruh negeri. Penggunaan tokoh kartun tersebut sebagai simbol pergerakan pro-demokrasi dalam mengkritik pemerintah negeri gajah putih tersebut.
Dilansir di Reuters, Sabtu (1/8), siswa-siswa universitas dan sekolah menengah telah melakukan unjuk rasa hampir setiap hari dalam dua pekan terakhir untuk menuntut pembubaran parlemen, diakhirinya pelecehan terhadap kritik pemerintah, dan amandemen terhadap konstitusi tertulis militer yang menurut para kritikus membantu menjaga pengaruh tentara terhadap politik.
Pekan terakhir ini, tiga protes bertema 'Hamtaro' digelorakan oleh para pengunjuk rasa. Mereka berlari di sekitar tempat-tempat umum dalam lingkaran, seperti roda hamster, sambil menyanyikan versi modifikasi dari jingle kartun. Mereka mengatakan pemerintah senang berpesta dengan uang pembayar pajak dan menuntut Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha membubarkan parlemen.
"Kartun Hamtaro adalah apa yang ditayangkan di televisi setiap pagi, jadi itu berhubungan dengan kita dengan mudah," kata seorang aktivis mahasiswa dari kelompok yang disebut New Life Network Pumiwat Rangkasiwit (20 tahun).
Sementara itu, perusahaan penerbitan Jepang Shogakukan, yang memiliki lisensi untuk Hamtaro, menolak berkomentar tentang penggunaan kartun tersebut dalam protes Thailand ketika dihubungi oleh Reuters.
"Kelompok mahasiswa telah menggunakan media sosial untuk menemukan cara baru untuk protes, melalui tagar #Ideaformob," kata para pemimpin kepada Reuters.
Gelombang pro-demokrasi dari kalangan pelajar itu juga merencanakan tema lain untuk protes, termasuk karakter kartun Jepang Naruto dan Harry Potter.
"Orang-orang muda tumbuh dengan karakter budaya populer ini dan mereka membantu menambah dimensi baru pada gerakan kami, menjadikannya mudah dan mudah untuk berkomunikasi dengan orang-orang muda," kata Presiden Serikat Mahasiswa Thailand Jutatip Sirikhan (21 tahun) .
Aktivis dari Universitas Kasetsart di Bangkok Chutimon Kritsanapanee mengatakan bahwa beberapa orang mungkin tidak dapat berhubungan tetapi yang utama adalah mereka ingin memberi tahu orang lain tentang kegagalan pemerintahan Thailand saat ini.