Ahad 02 Aug 2020 05:41 WIB

Dinkes: 92 Persen Kasus Covid-19 di Bantul Tanpa Gejala

Bantul telah mencatat 245 kasus Covid-19

Red: Nur Aini
Pasien corona (Ilustrasi).
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando
Pasien corona (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan bahwa 92 persen dari total kasus konfirmasi positif terpapar virus corona baru di daerah ini merupakan orang tanpa gejala (OTG) atau pasien tidak menunjukkan keluhan ciri-ciri terkena virus itu.

"Dari kasus positif sampai dengan saat ini catatan kita sekitar 92 persen itu OTG, yang lain ada komorbid, ada yang hipertensi, ada yang jantung, ada penyakit paru lain, itu yang tercatat pada kita," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul Sri Wahyu Joko Santosa di Bantul, Sabtu malam (1/8).

Baca Juga

Total kasus positif Covid-19 di Bantul yang terdata pada laman media sosial Dinas Kesehatan Bantul hingga update terakhir pada Sabtu (1/8) berjumlah 245 orang, dengan angka kesembuhan 125 orang, dan meninggal dunia enam orang. Menurutnya, mayoritas pasien OTG ditemukan terpapar virus corona setelah ada serangkaian tes massif baik rapid diagnostic test massal maupun tes usap (swab) PCR baik yang menyasar tenaga kesehatan dan pelaku perjalanan dari daerah risiko tinggi penyebaran Covid-19.

Bahkan, Sri Wahyu yang juga Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Bantul ini mengatakan, pasien positif Covid-19 yang berasal dari pelaku perjalanan atau punya riwayat perjalanan dari luar DIY sekitar 40 persen dari seluruh jumlah kasus positif.

"Namun (kasus positif) yang 60 persen itu bukan berarti riwayat yang lain, itu tidak. Tetapi 60 persen ini mereka yang kontak erat dengan pelaku perjalanannya (yang kemudian positif) atau transmisi lokal, jadi dia tertular dari yang 40 persen itu," katanya.

Menurut dia, jadi sebelum dikonfirmasi positif, para pelaku perjalanan tersebut kontak dengan keluarga, tetangga dan teman-teman lingkungan di mana yang bersangkutan bersosialisasi, sehingga dari situ kasus OTG berkembang menjadi lebih banyak lagi.

"Tetapi kita sekarang tidak melihat dari mana dia berasal, karena untuk penyebaran saat ini kita cukup sulit untuk mendeteksi apakah itu dia (pasien positif) dari tempat yang zona beresiko tinggi ataukah dari tempat lain, kita sekarang memang cukup sulit," katanya.

Menurut dia, saat ini Gugus Tugas hanya bisa mendeteksi dan menganalisis bahwa kalau mereka yang ditemukan positif itu sebelumnya melakukan perjalanan yang pada saat dilakukan serangkaian pemeriksaan hasilnya positif.

"Jadi kemungkinan besar bahwa mereka itu mendapatkan infeksi sudah dari awal pada saat dia datang masuk ke wilayah DIY atau Bantul," kata Juru Bicara yang akrab disapa dokter Okky tersebut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement