REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebanon masuk ke jurang resesi ekonomi dan menjadi negara pertama di kawasan yang menghadapi hiperinlasi.
Harga barang-barang pokok pun melonjak karena nilai mata uang lokal merosot.
Pemerintah Lebanon dan bank sentral mencoba menekan ini dengan mematok nilai tukar lira Lebanon atas dolar AS.
Salah satu harga kebutuhan rakyat Lebanon yang naik adalah sereal, yang biasanya harganya dalam kisaran puluhan ribu rupiah, kini mencapai Rp 579 ribu sampai Rp 615 ribu per kotak.
Harga roti yang menjadi makanan pokok naik dari kisaran ribuan rupiah per buah menjadi Rp 64 ribuan.
Begitu juga harga Labneh, makanan pokok Lebanon, yang tadinya jauh di bawah puluhan ribu, kini mencapai Rp 94 ribu.
Harga Shampo yang tadinya hanya puluhan ribu, kini menjadi Rp 250 ribu sampai Rp 294 ribu.
Harga-harga ini dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah 15 ribu per dolar AS.
Secara teknis, pound terhadap dolar AS masih dipatok pada 1,507 pound. Namun nilai lira melemah dan diperdagangkan sekitar 9.000 pound per dolar atau kehilangan lebih dari 80 persen dari nilainya.
Pada akhir Juli, pound stabil di kisaran 7.600 terhadap dolar AS. Demikian surat kabar lokal Daily Star melaporkan.
Pemerintah Lebanon juga memiliki banyak tunggakan pembayaran termasuk ke
Pusat Medis Universitas Amerika sebesar 150 juta dolar AS dalam bentuk tagihan medis.
Ini belum termasuk iuran yang tidak dibayar untuk fasilitas medis swasta yang mencapai 1,3 miliar dolar AS sejak 2011.
Masalah hiperinflasi di Lebanon diperparah karena penghasilan rakyat yang dibayar lira sementara mayoritas barang dan produk diimpor dari luar negeri.
Sementara harga dalam dolar harga barang tetap stabil, biaya dalam mata uang lokal terus meroket.
Meskipun kedua mata uang ini secara historis digunakan secara bergantian, namun jumlah dolar AS mulai mengering pada pertengahan 2019.
Lebanon sangat tergantung pada impor sehingga membutuhkan dolar AS untuk mengamankan barang-barang dari luar negeri, termasuk sekitar 80 persen makanannya.
Pemerintah mengumumkan bahwa mereka masih akan memasok impor gandum, obat-obatan, dan bahan bakar.
Banyak barang kebutuhan pokok menjadi tidak terjangkau bagi kebanyakan keluarga Lebanon.
Di Facebook, para ibu berusaha menukar barang dengan susu formula untuk memberi makan bayi dan makanan pokok lainnya. Harga roti, masih disubsidi, juga dinaikkan.
Tentara Lebanon membatalkan jatah daging, karena harganya menjadi tidak terjangkau.
Di kota terbesar kedua di Lebanon, toko-toko daging tutup karena banyak orang merayakan Idul Adha. Tetapi di kota utara, tidak ada tanda-tanda perayaan tahun ini.
Pekan lalu, Lebanon mengikuti Venezuela ke dalam hiperinflasi, menjadi negara Arab pertama yang menyaksikan mata uangnya menyentuh posisi terendah.
Berikut ini harga beberapa barang dengan nilai tukar resmi di Lebanon di salah satu supermarket di Beirut saat inflasi terus berlangsung.
- Nescafe sekarang dijual seharga 29.000 pound atau 18 dolar AS.
- Sereal Kellog dijual seharga 58.500 pound atau 38,62 dolar AS.
- Sereal Oreo dijual seharga 62.750 pound atau 40,94 dolar AS.
- Ikan tuna kaleng sekarang dijual seharga 10.000 pound atau 6,60 dolar AS.
- Satu kaleng jagung Plein Soleil dijual 7.000 pound atau 4,62 dolar AS.
- Butter dijual seharga 22.000 pound atau 14,53 dolar AS.
- Labneh, makanan pokok Lebanon, dijual 9.500 pound atau 6,27 dolar AS.
- Roti dijual seharga 4,29 dolar AS atau 6.500 pound.
- Tomat Pomi yang disaring sekarang dihargai 10.000 pound atau 6,60 dolar.
- Minyak canola Lesieur sekarang dijual seharga 41.000 pound, setara dengan 27 dolar AS.
- Minyak jagung dihargai 46.500 pound atau 30 dolar.
Sampho antara 25.000 lira hingga 29.7500 pound atau 16,51 hingga 19,64, dolar AS.
Catatan Redaksi: Hiperinflasi adalah kondisi ekonomi ketika harga-harga barang naik tinggi secara cepat dan tiba-tiba sementara daya beli masyarakat rendah. Kenaikan harga barang ini tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan masyarakat.
Hiperinflasi, secara teknis, pertama, akan diikuti pelemahan nilai mata uang terhadap mata uang asing. Kedua, kondisi inflasi yang semakin buruk pada satu periode tertentu misalnya inflasi 50 persen per bulan atau sampai 100 persen.
Hiperinflasi terjadi bisa disebabkan perang dan konflik dalam negeri yang berkepanjangan, situasi politik tak menentu, hingga krisis ekonomi yang mengarah pada depresi ekonomi.