REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perayaan Hari Raya Idul Adha merupakan hari pembagian daging qurban yang dibagi-bagikan kepada masyarakat Muslim yang tidak mampu secara ekonomi. Meski mendapatkan daging dalam jumlah banyak dan dibutuhkan tubuh karena bergizi, penerimanya diminta tidak berlebihan mengkonsumsinya karena bisa memicu penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD).
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Ari Fahrial Syam menjelaskan, daging mengandung zat gizi terutama protein dan lemak hewani. Ia mengakui kedua zat gizi ini merupakan zat gizi penting untuk tubuh manusia.
"Secara umum pada masa pertumbuhan, protein dibutuhkan untuk zat pembangun, sedangkan pada orang dewasa protein dibutuhkan untuk menjaga keutuhan tubuh dan mengganti sel-sel yang mengalami kerusakan dan berperan penting untuk proses penyembuhan," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (2/8).
Sementara lemak di daging, dia menambahkan, berperan sebagai sumber energi serta asam lemak esensial yang berperan untuk pembentukan membran sel-sel tubuh dan juga lemak dibutuhkan untuk pembentukan steroid dan hormon. Lemak juga berperan sebagai bumper untuk organ-organ dalam tubuh.
Kendati demikian, ia menyebutkan masalah akan timbul jika daging ini dikonsumsi berlebihan dan juga dengan waktu yang tidak tepat."Berbagai penyakit pencernaan akan tercetuskan setelah seseorang mengonsumsi daging yang berlebihan, baik ganggguan pada saluran cerna atas maupun gangguan saluran cerna bawah. Salah satu penyakit yang bisa terinduksi akibat makan lemak yang berlebihan dalam waktu singkat adalah penyakit GERD," katanya.
Ia menambahkan, penyakit ini terjadi karena adanya aliran balik isi lambung termasuk asam lambung ke kerongkongan karena adanya kelemahan klep antara lambung dan kerongkongan. Ia menyebutkan pasien dengan GERD biasanya merasakan panas pada dada seperti terbakar (heart burn).
Selain itu, ia menyebutkan adanya gangguan pengosongan lambung juga menginduksi timbulnya GERD tersebut. "Pasien GERD juga merasakan ada sesuatu yang balik arah dari lambung naik keatas (regurgitasi), kemudian pasien merasakan mulut terasa pahit," katanya.
Selain dua keluhan utama GERD, yaitu heart burn dan regurgitasi, pasien dengan GERD bisa merasakan keluhan lain seperti nyeri di ulu hati, kembung, begah dan sering sendawa. Kendati demikian, ia menyebutkan pasien biasanya mengira kalau keluhan nyeri dada ini karena masalah jantung.
Selain itu, asam lambung yang naik tersebut juga dapat menginduksi terjadinya sesak nafas, batuk kronis, rhinitis (radang hidung) kronis, radang pita suara (laryngitis) sampai ngilu pada gigi.
Ia menjelaskan, faktor yang menginduksi timbulnya GERD yang mungkin memang sudah ada sebelumnya adalah karena mengonsumsi daging dalam waktu singkat secara berlebihan. Namun, lemak yang berlebihan dapat menyebabkan pengosongan lambung menjadi lambat dan adanya gangguan pada klep sehingga isi lambung berbalik arah ke kerongkongan.
Hal ini diperberat jika daging dimasak dengan santan yang berlebihan disertai bumbu masak yang merangsang, asam dan pedas. "Selain itu, apalagi setelah mengonsumsi daging ini langsung tidur tentu kondisi ini akan memperburuk timbulnya GERD,” kata dia.
Ia menyebutkan beberapa tips terhindar dari GERD tetapi tetap mengonsumsi daging, yakni jangan mengonsumsi daging secara berlebihan dalam waktu singkat, tetap mengonsumsi sayur dan buah-buahan. Selain itu, sebaiknya menghindari konsumsi secara bersamaan antara daging dan jeroan dari hewan qurban tersebut seperti usus, otak, hati, paru, atau limpa.
Kemudian, dia melanjutkan, jangan tidur dalam waktu 2 jam setelah makan. Sebab, ia menyebutkan langsung tidur setelah makan akan memudahkan isi lambung termasuk asam lambung akan berbalik arah kembali ke kerongkongan.
"Hindari makanan yang terlalu asam dan pedas. Setalah makan daging hindari minum kopi, alkohol atau minuman bersoda yang akan memperburuk timbulnya GERD tersebut," ujarnya.
Selain itu, ia meminta masyarakat selama mengkonsumsi daging ini juga sebaiknya menghindari makanan yang mengandung coklat dan keju. "Mudah-mudahan dengan memperhatikan dampak dari mengonsumsi daging, kita dapat melalui Hari Raya Idul Kurban ini tetap dalam keadaan sehat," katanya.