Senin 03 Aug 2020 10:30 WIB

Hari Pertama Ganjil-Genap, Arus Kendaraan Turun 50 Persen

Dishub perkirakan arus kendaraan akan meninngkat pada sore hari.

Rep: Eva Rianti/ Red: Bilal Ramadhan
Situasi Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat saat hari pertama pemberlakuan sistem ganjil genap, Senin (3/8).
Foto: Eva Rianti
Situasi Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat saat hari pertama pemberlakuan sistem ganjil genap, Senin (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arus lalu lintas di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat terlihat ramai lancar di hari pertama penerapan ganjil-genap di masa perpanjangan ketiga PSBB transisi fase 1, Senin (3/8). Berdasarkan pantauan Republika, pada sekitar pukul 07.50 WIB, Jalan Medan Merdeka Barat dilintasi oleh notabene kendaraan roda dua dan beberapa kendaraan roda empat bernomor pelat ganjil.

Kepadatan sesekali hanya terlihat di penyeberangan jalan atau zebra cross menuju halte Transjakarta Monas. Petugas dari Dinas Perhubungan serta dari pihak kepolisian sudah tampak berjaga-jaga di sejumlah titik untuk memantau dan mengawasi kendaraan yang melintas.

Seorang petugas dari Dinas Perhubungan (Dishub), Rudy Sagita mengatakan, hari pertama penerapan ganjil-genap di Jalan Medan Merdeka Barat terasa berbeda dibanding hari-hari sebelumnya ketika belum diberlakukan ganjil-genap.

"Beda banget ini terasa. Ada penurunan (kepadatan kendaraan) sekitar 50 persen lah. Enggak beda jauh dengan pas pertama Covid-19," ujarnya saat ditemui Republika di ujung Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (3/8).

Dia mengatakan, sebagian kendaraan yang tidak bisa melewati Jalan Medan Merdeka Barat memanfaatkan jalan alternatif, yakni Jalan Abdul Muis dan Jalan Medan Merdeka Timur. Namun, Rudy melanjutkan, selepas pukul 10.00 WIB nanti jalanan kemungkinan akan kembali padat.

Karena aturan ganjil-genap berlaku dari pukul 06.00 hingga 10.00 WIB untuk sesi pagi. Pada sesi sore juga ada pemberlakuan ganjil-genap, yakni pada pukul 16.00 hingga 21.00 WIB.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement