REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengungkapkan Indonesia membutuhkan sembilan juta talenta digital dalam 15 tahun ke depan untuk mentransformasikan cara kerja ke ranah digital di segala sektor. Untuk mewujudkannya Indonesia membutuhkan setidaknya 600 ribu talenta digital setiap tahunnya untuk membangun ekosistem digital di Tanah Air.
“Untuk melakukan transformasi digital, negara kita membutuhkan talenta digital sebanyak kurang lebih 9 juta orang untuk 15 tahun ke depan. Ini perlu betul-betul sebuah persiapan,” kata Presiden dalam rapat terbatas mengenai perencanaan transformasi digital di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (3/8).
Presiden menekankan upaya transformasi digital harus terus dilanjutkan. Situasi pandemi Covid-19 yang mengubah cara setiap orang untuk bekerja, dan berinteraksi dapat dijadikan momentum untuk akselerasi cara kerja menuju ekosistem digital.
“Karena di masa pandemi maupun next pandemi mengubah secara struktural, cara kerja, cara beraktivitas, cara berkonsumsi, cara belajar, cara bertransaksi yang sebelumnya offline dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke online dan digital,” ujar Presiden.
Upaya transformasi digital perlu perencanaan yang matang. Perencanaan harus termasuk dengan kebijakan transformasi digital yang dapat merata ke seluruh Tanah Air. Hal itu, kata Presiden, dapat dilakukan dengan peningkatan kapasitas infrastruktur digital ke berbagai daerah.
Upaya transformasi digital juga harus dipercepat karena digitalisasi akan mempengaruhi daya saing Indonesia dengan negara-negara lain di kawasan maupun di global. “Survei lembaga IMD World Digital Competitiveness pada 2019, negara kita masih di peringkat 56 dari 63 negara. Memang kita di bawah sekali lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga kita di ASEAN, misalnya Thailand di posisi 40, Malaysia di posisi 26, Singapura di posisi nomor dua,” ujar Presiden.