Senin 03 Aug 2020 12:33 WIB

Hampir 100 Dokter Bangladesh Berguguran Hadapi Covid-19

Kematian dokter dianggap bentuk kegagalan pemerintah Bangladesh hadapi pandemi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
 Dokter dan petugas kesehatan menghibur anak-anak di pusat perawatan Covid-19, ilustrasi
Foto: AP/Manish Swarup
Dokter dan petugas kesehatan menghibur anak-anak di pusat perawatan Covid-19, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Sebanyak 92 dokter di Bangladesh meninggal karena terinfeksi virus corona jenis baru atau Covid-19. Terpaparnya tenaga medis oleh virus corona dinilai sebagai bentuk kegagalan pemerintah dalam menangani pandemi, sejak kasus pertama muncul pada 8 Maret.

Asosiasi Medis Bangladesh (BMA) mengatakan, berdasarkan data pada 30 Juli terdapat 2.458 dokter yang terinfeksi virus corona. Dengan demikian, jumlah infeksi dikalangan petugas medis secara keseluruhan mencapai 7.086.

Baca Juga

Sekretaris Jenderal BMA, Ehteshamul Huq Choudhury mengatakan, ada pasien yang menyembunyikan informasi bahwa mereka baru saja kembali dari negara dengan risiko Covid-19 tinggi sehingga menginfeksi tenaga medis. Dia mengimbau kepada seluruh pasien agar memberikan informasi yang jujur ketika melakukan pemeriksaan. Karena penularan Covid-19 dapat merugikan banyak orang.

Choudhury juga mengatakan, ada kebutuhan pelatihan khusus untuk memastikan keselamatan ketika tenaga medis melepas alat pelindung diri setelah selesai bertugas. Pemerintah mengerahkan sekitar 10.000 petugas kesehatan untuk bertugas sebagai garda depan penanganan virus corona. Sementara, 2.000 dokter lainnya sedang dipersiapkan untuk bergabung dengan tim Covid-19.

Mahbubur Rahman, seorang dokter pemerintah telah dua kali terinfeksi virus corona. Rahman pertama kali tertular virus corona ketika bekerja di distrik Jamalpur pada 28 April. Distrik tersebut merupakan perbatasan dengan negara bagian Meghalaya, India.  Rahman mengatakan, dia melakukan kunjungan ke sejumlah rumah sakit di distrik Jamalpur dan bertemu dengan berbagai macam orang untuk melakukan sosialisasi layanan kesehatan masyarakat.

"Saya mungkin terinfeksi oleh salah satu dari mereka. Istri saya yang juga berprofesi sebagai dokter dinyatakan positif setelah 15 hari saya sembuh. Putri kami satu-satunya diungsikan ke rumah ayah mertua saya agar tidak tertular," ujar Rahman kepada Anadolu Agency.

Rahman belum lama ini diangkat sebagai asisten direktur di Direktorat Jenderal Layanan Kesehatan (DJCK) di bawah Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga. Rahman kembali dinyatakan positif terinfeksi virus corona dan sejak 10 Juli memilih untuk melakukan karantina mandiri serta perawatan di rumah.

Ketua Yayasan Dokter Bangladesh (BDF), Shahed Rafi Pavel mengatakan, banyaknya tenaga medis yang terinfeksi virus corona karena tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri yang sesuai dengan spesifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal itu termasuk kurangnya pengaturan untuk perawatan, fasilitas transportasi dan keselamatan untuk dokter yang bertugas di bangsal Covid-19. Pavel mengatakan, ada dugaan dan laporan kesalahan dalam pengaturan hotel, makanan, dan transportasi bagi dokter yang bekerja di rumah sakit khusus Covid-19.

“Tapi tetap saja dokter menerima item makanan standar dengan rendah dan ada kesenjangan kecil antara dua shift tugas, sementara kesenjangan yang sehat dalam shift dan makanan yang baik diperlukan untuk kelangsungan hidup dokter dalam pandemi seperti itu," kata Pavel.

Pada Sabtu (1/8), Bangladesh melaporkan kasus harian mencapai 2.199 dengan 21 kematian. Kasus harian tersebut menyumbang total kasus yang dikonfirmasi mencapai 240.000 dengan 3.132 kematian. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement