Senin 03 Aug 2020 13:05 WIB

Ratusan Pekerja Tuntut Hiburan Malam di Bandung DIbuka

Komitmen protokol kesehatan di tempat hiburan malam masih diragukan.

Ratusan pekerja yang tergabung dalam Aliansi Karyawan Hiburan dan Pengusaha Hiburan berunjuk rasa di Balai Kota, Bandung, Jawa Barat, Senin (3/8/2020). Dalam aksinya mereka mendesak Pemerintah Kota Bandung untuk membuka kembali tempat hiburan malam seiring tatanan Adaptasi Kebiasaan Baru di tengah pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/wsj.
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Ratusan pekerja yang tergabung dalam Aliansi Karyawan Hiburan dan Pengusaha Hiburan berunjuk rasa di Balai Kota, Bandung, Jawa Barat, Senin (3/8/2020). Dalam aksinya mereka mendesak Pemerintah Kota Bandung untuk membuka kembali tempat hiburan malam seiring tatanan Adaptasi Kebiasaan Baru di tengah pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/wsj.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ratusan pekerja dari sektor pariwisata hiburan malam melakukan aksi di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Kota Bandung, Senin (3/8). Mereka menuntut Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengizinkan sektor tersebut segera diizinkan untuk beroperasi.

Ketua P3B (Perkumpulan Penggiat Pariwisata Bandung) Rully Panggabean mengatakan hingga kini izin dari Pemkot belum kunjung keluar. Padahal, sudah beberapa kali pemkot melakukan peninjauan untuk memastikan protokol kesehatan.

"Kita sudah menghadap, bahkan pemkot sudah mengadakan peninjauan ke tempat kami, di mana kami siap dengan protokol kesehatan Covid-19, tetapi kita tunggu sekian lama kok enggak ada hasilnya," kata Rully di Balai Kota Bandung, Senin.

Menurut Rully, banyak pekerja yang terdampak mata pencahariannya akibat ditutupnya sektor hiburan malam. Karena selain pekerja organik, banyak juga pekerja non organik atau pekerja lepas yang menggantungkan hidupnya di sektor tersebut.

"Kalau memang tidak bisa dibuka, maka kasih bansos mereka. Mereka kan hidup untuk hari ini, kalau kita kan memfasilitasi, karena saya juga enggak tahan tiap hari dalam berapa bulan ini datang pegawai semua kasbon dan sebagainya. Kan lama-lama enggak kuat," kata dia.

Bila dibandingkan, kata dia, sejumlah daerah lain di Jawa Barat sudah membuka sektor hiburan malam tersebut. Di antaranya, kata dia, Cirebon, Bekasi, dan daerah lainnya. "Nah itu yang menjadi pemicu, kemudian kok tempat-tempat lain ada yang buka didiamkan, itu juga jadi masalah seolah enggak adil atau tebang pilih lah," kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Bandung Dewi Kenny Kaniasari memastikan pihaknya bakal segera mencari solusi terkait hal tersebut. Karena, kata dia, baik sektor ekonomi dan sektor kesehatan perlu seimbang dan dipikirkan dengan matang.

"Kita memperhatikan juga untuk ekonominya, nah makanya kita harus cari jalan tengahnya seperti apa," kata Kenny.

Dia pun tak menampik bahwa para pengelola tempat hiburan nampak sudah siap menerapkan protokol kesehatan. Sejauh ini, menurutnya pihaknya sudah melakukan peninjauan ke sekitar 80 tempat hiburan.

Namun selain kesiapan, menurutnya komitmen serta konsistensi juga perlu ditetapkan dalam protokol kesehatan. Jangan sampai, kata dia, meski jaga jaraknya sudah diatur, namun pengunjung masih tidak berdisiplin.

"Kan tahu sendiri di tempat hiburan semacam karaoke, meskipun sudah dipakai silang tempat duduknya, siapa yang akan menjamin itu kalau mereka akan tetap jaga jarak," kata Kenny.

Meski begitu, ia pun mengakui bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu kontribusi terbesar Pajak Asli Daerah (PAD) Kota Bandung. "Makanya kita perhatikan solusi teman-teman, tapi kita harus cari jalan tengah antara kesehatan dan ekonomi bagusnya bagaimana. Ini kita akan ajak diskusi dulu," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement