REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China mengatakan mereka memproduksi massal chip setebal 28 nanometer untuk telepon pintar yang menggunakan sistem navigasi Beidou. Pada Senin (3/8), Beijing mengatakan mereka juga akan segera memproduksi chip setebal 22 nanometer.
Direktur jenderal Kantor Navigasi Satelit China Ran Chengqi mengatakan Negeri Tirai Bambu akan membangun rantai industri sistem navigasi Beidou mulai dari chip, modul, papan rakit, terminal hingga layanan operasional.
China berhasil meluncurkan satelit Beidou terakhir ke orbit pada bulan Juni lalu. Sistem navigasi yang proses pembangunannya membutuhkan waktu bertahun-tahun akhirnya selesai dan menjadi saingan Global Positioning System (GPS) yang dimiliki Amerika Serikat (AS).
Teknologi sistem navigasi itu juga diprediksi akan meningkatkan keamanan dan pengaruh geopolitik China. Pada Jumat (31/7), Presiden sekaligus ketua Partai Komunis dan Tentara Pembebas Rakyat China Xi Jinping meresmikan sistem BeiDou di Alun-alun Rakyat di Beijing.
Satelit itu bagian dari iterasi ketiga sistem Beidou yang dikenal BDS-3. Sistem navigasi yang diluncurkan pada 2018 untuk negara-negara yang terlibat dalam proyek infrastruktur raksasa 'Belt and Road'. Selain sebagai alat bantu navigasi yang luar biasa akurat, sistem ini juga menawarkan komunikasi pesan singkat hingga 1.200 huruf China. Sistem BeiDou juga dapat mengirimkan gambar. China mengaku mereka sedang mencari kerja sama dengan sistem navigasi lain.
Namun Beidou jelas dapat menjadi saingan kuat sistem navigasi GPS milik AS, GLONASS dari Rusia dan Galileo dari Uni Eropa. Perlombaan pengembangan teknologi sistem navigasi itu menyerupai bagaimana produsen telepon pintar China menjadi saingan tangguh produsen negara-negara Barat.
Salah satu keunggulan terbesar bagi China, mereka dapat mengganti GPS sebagai alat navigasi untuk memandu rudal. Hal itu menjadi sangat penting setelah ketegangan dengan Washington kian memanas.