REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto melihat kondisi persebaran Covid-19 di wilayahnya yang terus mengalami peningkatan sangat mengkhawatirkan. Sebaliknya, Bima menilai, kekhawatiran masyarakat terhadap Covid-19 kian menurun.
"Saya membaca satu situasi yang sangat mengkhawatirkan, covid-nya naik tetapi kekhawatiranya menurun, disiplinnya menurun, ini yang sangat berbahaya," kata Bima di Kota Bogor, Senin (3/8).
Bima menjelaskan, penambahan infeksi terus meningkat menuju puncak Covid-19 sesuai prediksi. Kendati demikian, Bima mengaku, tak sependapat dengan penilaian bahwa Indonesia telah menghadapai gelombang II persebaran Covid-19.
"Gelombang pertama saja belum tuntas. Gelombang dua itu kalau sudah mentok kemudian flat-nya menurun," jelasnya.
Jumlah kasus positif Covid-19 di Kota Bogor mencapai 293 orang pada Senin (2/8). Sebanyak 190 pasein telah dinyatakan sembuh, 82 orang masih dalam perawatan, dan 21 orang dinyatakan meninggal dunia.
Bima menguraikan, Kota Bogor sedang menghadapi sejumlah klaster persebaran Covid-19. Yakni, klaster keluarga, klaster luar kota, klaster fasilitas kesehatan, hingga klaster perkantoran.
Bima menduga, kenaikan kasus dan banyakannya klaster persebaran di Kota Bogor diakibatkan kurang pedulinya masyarakat terhadap bahaya Covid-19. Oleh karena itu, Bima menyebut, akan kembali menggencarkan tes swab secara massal.
"Tidak mungkin kluster keluarga melonjak kalau semua yang merasa berisiko berhati-hati," jelasnya.
Sebagai alumni Covid-19, Bima menceritakan, kemungkinan kembali terpapar Covid-19 untuk kedua kalinya begitu kecil. Namun, ia menyatakan, tetap mengedepankan antisipasi dan tetap menjaga kebersihan.
"Setiap pulang kerumah tidak pernah menyapa anak, langsung nerobos ke kamar mandi bersih-bersih semua. Jadi saya kadang-kadang bisa lima kali mandi dirumah itu. Keluar lagi masuk lagi, mandi lagi," jelasnya.
Ke depan, Bima menegaskan akan kembali meningkat kewaspadaan terhadap bahaya Covid-19 dengan memperketat protokol kesehatan. Bahkan, Bima meminta, kegiatan tatap muka organisasi perangkat daerah (OPD) kembali dikurangi dan dilakukan secara daring.
"Situasi ini masih gawat, lebih baik dibilang lebay, dari pada kemudian kita kalah. Betul orang bilang lebay, berlebihan lebih baik dicap begitu dari pada kalah dan korban berjatuhan," tegas Bima.