REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Kota terbesar kedua di Australia, Melbourne mengumumkan pembatasan baru pada industri, termasuk ritel dan konstruksi, Senin (3/8). Mulai Rabu malam mendatang, kota di negara bagian Victoria itu akan menutup semua bisnis ritel, beberapa manufaktur, dan administrasi sebagai bagian dari lockdown atau karantina wilayah enam pekan hingga pertengahan September.
Hal itu dilakukan tidak lain untuk mengekang penyebaran virus corona baru atau Covid-19 yang kembali bangkit di kota-kota Australia terutama di Victoria. Kebijakan itu pun diperkirakan akan mempengaruhi 250 ribu karyawan.
Kemarin, pemerintah negara bagian Victoria menyatakan keadaan darurat karena lonjakan transmisi masyarakat. "Sama memilukannya dengan menutup tempat-tempat kerja, itulah yang harus kita lakukan untuk menghentikan penyebaran virus yang sangat menular ini," kata perdana menteri negara bagian Victoria Daniel Andrews dalam konferensi pers.
"Kalau tidak, kita tidak berada dalam batasan enam pekan, kita akan berada dalam masa enam bulan," ujarnya memperingatkan.
Produksi di pabrik daging akan dikurangi sepertiga dan pekerja akan dikenakan perlengkapan pelindung, sementara kegiatan konstruksi juga akan diperkecil. Supermarket akan tetap buka bersama dengan layanan take away dan pengiriman restoran, tetapi banyak outlet ritel lainnya akan tutup.
Andrews mengumumkan bahwa pemerintah akan membayarkan 3.570 dolar AS untuk bisnis yang terkena dampak. Dia juga mengatakan, akan ada banyak pengumuman atas hukuman, penegakan hukum dan pendidikan pada Selasa. Sekolah akan pindah ke pembelajaran jarak jauh mulai Rabu.
"Ini adalah hari yang sangat sulit, dan ada banyak lagi yang akan datang sebelum kita sampai ke sisi lain dari ini," kata Andrews.
Pembatasan yang diumumkan pada Ahad termasuk jam malam mulai jam 8 malam sampai jam 5 pagi yang akan berlaku selama enam pekan. Pembatasan itu melarang hampir lima juta orang di kota meninggalkan rumah mereka kecuali untuk pekerjaan penting atau untuk menerima atau memberi perhatian yang mendesak.
"Ini sangat menghancurkan, tidak ada yang menginginkannya," kata Pejabat di Departemen Keuangan Josh Frydenberg kepada televisi Nine News.
"Hanya ada satu jalan keluar dan membendung gelombang kasus baru. Ini adalah tendangan besar bagi ribuan usaha kecil di seluruh negara bagian," ujarnya menambahkan.
Victoria merupakan penyumbang seperempat dari ekonomi nasional. Negara bagian itu melaporkan 429 kasus baru pada Senin, turun dari 671 infeksi baru pada Ahad, tetapi 13 kematian lainnya adalah jumlah kematian harian tertinggi kedua.
Oleh karena penyebaran yang begitu cepat di Victoria, negara-negara bagian Australia yang berbatasan dengan Victoria mengumumkan langkah - langkah pencegahan baru. New South Wales, misalnya, sangat merekomendasikan warganya mengenakan masker di luar rumah dan dalam ruangan.
Sementara, Australia Selatan dengan dua kasus baru, mengurangi pertemuan di dalam rumah menjadi 10 orang dari 50, dan mengatakan hanya mereka yang duduk di tempat yang bisa dilayani memesan alkohol.
"Kami sangat prihatin tentang penyemaian. Kami secara proaktif memberlakukan pembatasan ini untuk menghindari situasi yang kami saksikan di Victoria," kata perdana menteri Australia Selatan Steven Marshall kepada media.
Wabah Covid-19 di Victoria telah mengacaukan harapan Australia untuk pemulihan ekonomi cepat dari resesi pertama negara itu dalam hampir tiga dekade. Lonjakan kasus baru juga akan menyebabkan travel bubble Australia-Selandia Baru tertunda tanpa batas waktu. Kedua negara sebelumnya mengatakan perjalanan internasional antara keduanya dapat dimulai kembali segera setelah September.