REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bandarlampung mengkritisi maraknya klaim obat herbal antivirus corona. IDI setempat menegaskan bahwa penemuan obat herbal yang diklaim sebagai antivirus corona merupakan sesuatu yang belum teruji khasiatnya.
"Kami IDI yakin bahwa apa yang disampaikan orang tersebut belum terbukti kebenarannya baik secara klinis maupun fakta di lapangan karena obat herbal anti Covid-19 tidak jelas asal-usulnya," kata Ketua IDI Cabang Bandarlampung dr Aditiya M Biomed, dihubungi di Bandarlampung, Senin.
Menurut Aditiya, orang yang disebut sebagai profesor dalam bidang ilmu mikrobiologi tersebut hanya mengambil keuntungan saja agar produknya dapat terjual di masyarakat.
"Ini kan ujung-ujungnya jualan. Yang saya sangat sayangkan kenapa itu ditanggapi," kata dia.
Menurut Aditiya, dengan adanya informasi seperti itu yang menjadi kasihan adalah masyarakat. Sebab, masyarakat memang menunggu-nunggu adanya obat Covid-19, namun diberikan harapan palsu.
"Bila memang sudah ribuan orang sembuh dengan herbal itu, mana dong buktinya, ini kan kasihan masyarakat sedang dalam kondisi seperti ini malah dikasih informasi yang kebenarannya belum teruji," kata dia.
Keprihatinan IDI Bandarlampung itu dipicu oleh klaim seseorang bernama Hadi Pranoto yang tampil dalam video di kanal Youtube penyanyi Erdian Aji Prihartanto atau Anji. Video itu telah dihapus karena dianggap melanggar pedoman komunitas.
Dalam wawancara tersebut, Hadi mengeklaim telah memiliki obat Covid-19. Namun, menurut Aditiya, Hadi tidak terdaftar dalam database PB Ikatan Dokter Indonesia.
Aditiya pun mengatakan bahwa IDI juga sangat penasaran dengan orang yang mengeklaim telah menemukan obat anti Covid-19 tersebut. Anji diketahui merekam wawancara dengan Hadi di Pulau Tegal Mas, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
"Kami juga IDI penasaran, anggota kami sampai mencari-cari biodata orang tersebut tapi tidak ditemukan. Ada yang bilang dari Institut Pertanian Bogor. Memang nama yang serupa, tapi fotonya bukan orang yang bersangkutan," katanya.
Bahkan, menurut Aditiya, Pengurus Besar (PB) IDI sempat bertanya kepadanya apakah orang tersebut merupakan anggota IDI di Lampung. Ia pun menegaskan kembali bahwa Hadi yang disebut profesor oleh Anji bukanlah anggotanya.
"Tentunya saya jawab bukan dan tidak ada. Jika pun dia adalah Guru Besar di Fakultas Kedokteran tentunya kami IDI bakal tahu siapa guru yang mengajar selama ini. Jadi ini benar-benar hoaks dan ujung-ujungnya hanya berjualan," kata dia.