Selasa 04 Aug 2020 06:34 WIB

Memoar Sang Mualaf Murad Hoffman: Aku Harus Menjadi Muslim

Mualaf Murad Hoffman menemukan Islam melalui pencarian panjang.

Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Murad Hoffman menemukan Islam melalui pencarian panjang.  Murad Wilfried Hoffman
Foto: wordpress.com
Mualaf Murad Hoffman menemukan Islam melalui pencarian panjang. Murad Wilfried Hoffman

REPUBLIKA.CO.ID, Murad Hoffman lahir 6 Juli 1931, dengan nama Wilfred Hoffman, dari sebuah keluarga Katholik, di Jerman. Pendidikan Universitasnya dilalui di Union College, New York.

Pada 1957 ia meraih gelar Doktor dalam bidang Undang-undang Jerman, dari Universitas Munich. Tahun 1960, ia meraih gelar magister dari Universitas Harvard dalam bidang Undang-undang Amerika. Ia kemudian bekerja di kementerian luar negeri Jerman, tahun 1961 hingga 1994.

Baca Juga

Ia terutama bertugas dalam masalah pertahanan nuklir. Ia pernah menjadi direktur penerangan NATO di Brussel, Duta Besar Jerman di Aljazair dan terakhir Dubes di Marokko, hingga tahun 1994. Bersama istrinya, seorang Muslimah asal Turki, ia menikmati masa-masa pensiun di Istanbul. Sambil berpikir dan mengarang buku. 

Pengalamannya sebagai duta besar dan tamu beberapa negara Islam mendorongnya untuk mempelajari Islam, terutama Alquran. Dengan tekun ia mempelajari Islam dan belajar mempraktikkan ibadah-ibadahnya. Pada 11 September 1980, di Bonn, setelah lama ia rasakan pergolakan pemikiran dalam dirinya yang makin mendekatkan dirinya kepada keimanan, dengan terharu ia mengungkapkan dalam memoarnya (edisi bahasa Indonesia: Pergolakan Pemikiran): "Aku harus menjadi seorang Muslim!" Maka pada tanggal 25 September 1980, di Islamic Center Colonia, ia dengan pasti mengucapkan dua kalimat syahadat.