Selasa 04 Aug 2020 06:54 WIB

5 Kiat Hidup di Negara Non-Muslim Menurut Ulama Arab Saudi

Ulama Arab Saudi memberikan enam kiat bagaimana hidup di negara non-Muslim.

Ulama Arab Saudi memberikan enam kiat bagaimana hidup di negara non-Muslim. Ilustrasi umat Islam
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ulama Arab Saudi memberikan enam kiat bagaimana hidup di negara non-Muslim. Ilustrasi umat Islam

REPUBLIKA.CO.ID, Hidup di negara-negara Barat non-Muslim tentu menjadi tantangan tersendiri. Banyak perbedaan tidak hanya terkait dengan ideologi tetapi juga tatanan sosial dan budaya. 

Dalam dokumentasi Harian Republika,  Dr Abdur Rahman Al Suhaibani, staf pengajar di Muhammad Ibn Saud Islamic University, Riyadh, Saudi Arabia yang menyelesaikan studi doktoralnya dan pernah tinggal selama tujuh tahun di Oklahoma, Amerika Serikat memberikan enam kiat Muslim hidup di negara-negara Barat non-Muslim.  

Baca Juga

Pertama adalah dengan membiasakan diri untuk terus berdzikir dengan kalimat-kalimat thoyyibah (tasbih, tahmid, tahlil, takbir), karena "mengingat Allah SWT akan menenangkan hati" (QS Ar Ra'd:28) dan akan "menggetarkan hati orang yang beriman (QS Al Anfal:2). 

Kedua, membiasakan diri untuk membaca Alquran setiap hari sekalipun hanya satu halaman. Idealnya menurut tuntunan Rasulullah SAW, Alquran dikhatamkan dalam waktu satu pekan (HR Bukhari dan Muslim), tetapi tidak lebih singkat dari tiga hari (HR Abu Dawud, At Turmudzi, Ibnu Majah). Dr Abdur Rahman mengingatkan akan ucapan Rasulullah SAW tentang besarnya pahala membaca Alquran. Sabda Rasulullah SAW dalam Hadis yang diriwayatkan At Turmudzi, bahwa tiap huruf Alquran yang dibaca akan dibalas dengan kebaikan sepuluh kali lipat.

Manfaat membaca Alquran ini, antara lain juga akan menyucikan hati. Terkait dengan pemeliharaan hati, ustadz Abdur Rahman memaparkan beberapa Hadis yang memperingatkan efek perbuatan dosa terhadap integritas hati. Perbuatan dosa yang dilakukan terus-menerus, berulang-ulang, akan mengeraskan hati. Setiap perbuatan dosa akan menambah noda hitam dalam hati, yang bila terus terakumulasi akan menutupi seluruh hati, sehingga tak mampu lagi melihat kebenaran.

Sebaliknya, setiap perbuatan baik akan terus menambah bintik putih yang akan membantu membersihkan hati. Allah SWT berfirman, bahwa hati yang sakit akan bertambah sakit (QS Al Baqarah:10) bila tidak diusahakan penyembuhannya. Mengingat hati adalah tempat segala sesuatunya, meliputi amanah dan fitnah, amatlah penting untuk memeriksa niat setiap perbuatan dari waktu ke waktu. Hal ini digarisbawahi oleh sebuah Hadis populer yang kurang lebih berbunyi, bahwa setiap amal perbuatan, berbuah pahala atau dosa, tergantung pada niatnya.

Pintu masuk menuju pemeliharaan hati dan iman lainnya adalah tafakur pada keberadaan dan penciptaan alam semesta. Tersebut dalam Alquran bahwa di atas bumi dan di dalam diri manusia terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya (QS Adz Dzariyat:20-21) dan bahwa penciptaan langit dan bumi merupakan tanda-tanda kekuasaan-Nya bagi orang yang berpikir (QS Al Imran:190-191).

Nasihat ketiga dari ustadz Abdur Rahman adalah memperbanyak perbuatan-perbuatan baik yang bersifat sunnah, setelah melaksanakan yang wajib. Bagaimana Allah SWT akan memeriksa amal perbuatan hamba-Nya, tersimpul dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, An Nasai, dan Al Hakim. Hal pertama yang akan ditanyakan Allah SWT di Hari Pengadilan adalah shalat wajib hamba-Nya. Hasil penilaian terhadap shalat wajib ini akan dibantu oleh amal-amal shalat sunnah lainnya. Amal-amal perbuatan lainnya akan dinilai oleh Allah SWT dengan cara yang sama.

Tips keempat adalah doa, sebagai solusi problem dan sebagai ibadah. Doa merupakan kekuatan penting seorang Muslim ketika dihadapkan pada situasi-situasi yang sukar dipecahkan. Dr Abdur Rahman menekankan bahwa Allah SWT mencintai orang yang tak berhenti berdoa. Sedangkan kemalasan berdoa merupakan salah satu tanda kesombongan seseorang.

Untuk terkabulnya doa, al ustadz menguraikan tentang waktu-waktu dengan probabilitas terbesar bagi terkabulnya doa (misal, sepertiga terakhir malam), adab berdoa (memulai dengan memuji Allah SWT, dll), serta hal yang mencegah terkabulnya doa (antara lain, pendapatan yang berasal dari sumber yang haram).

Bila keempat tips di atas merupakan hal-hal normatif yang perlu dilakukan oleh seorang Muslim di manapun dia berada, termasuk di negara-negara Muslim. Tips kelima, yaitu selalu berusaha bergaul dan menjalin kebersamaan dengan jamaah Muslimin, barangkali merupakan tips penting dan cukup spesifik dalam survival keimanan di negara-negara non-Muslim.

Di negara-negara Muslim, masalah pergaulan merupakan masalah yang jamak pula, tetapi setidaknya tatanan sosial makro di negara-negara tersebut masih sempat diwarnai oleh Islam. Sedangkan di negara-negara sekular non-Muslim, pergaulan di luar lingkup komunitas Muslimin dan tatanan sosialnya menawarkan nilai-nilai moral yang bisa sama sekali berlawanan dengan nilai-nilai Islam, tetapi dibenarkan penuh oleh norma setempat.

Sehingga barier dan kontrol moral terkuat, dalam perspektif Islam, bagi seorang Muslim, adalah pergaulan di lingkungan jamaah Muslimin. Hal ini digarisbawahi perintah Alquran, untuk bergaul dengan orang-orang yang mencintai kebenaran (QS At Taubah:119) dan bahwa teman sejati adalah sesama orang yang bertakwa, selebihnya adalah teman semu belaka yang akan bermusuhan satu sama lain di Hari Akhir (QS Az Zukhruf:67).

Konsep ini tentunya tidak dipahami dalam arti bahwa kaum Muslimin serta merta membentuk jamaah eksklusif yang sama sekali terisolir dari pergaulan sosial dengan non-Muslim. Sebaliknya, kebersamaan dalam jamaah Muslimin merupakan kontrol moral bagi seorang Muslim dalam membawakan diri di tengah pergaulan sosial yang lebih luas.

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement