Selasa 04 Aug 2020 13:39 WIB

LAZ Harapan Dhuafa dan MTT Bangun Jembatan di Lebak

Jembatan gantung di Lebak menghubungkan dua desa yang selama ini terputus

Perkumpulan Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) dan LAZ Harapan Dhuafa bersama stakeholder setempat (perangkat desa) melakukan peresmian jembatan gantung yang menghubungkan antara desa Tambak di kecamatan Cimarga dengan desa Mekarsari di Kecamatan Sajra, Kabupaten Lebak-Banten.
Foto: LAZ Harapan Dhuafa
Perkumpulan Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) dan LAZ Harapan Dhuafa bersama stakeholder setempat (perangkat desa) melakukan peresmian jembatan gantung yang menghubungkan antara desa Tambak di kecamatan Cimarga dengan desa Mekarsari di Kecamatan Sajra, Kabupaten Lebak-Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Penantian yang ditunggu selama ini akhirnya tercapai sudah, raut wajah bahagia tak bisa mereka sembunyikan, mulai dari anak-anak sampai orang tua, semuanya berkumpul untuk menyaksikan hari paling bersejarah dan selalu mereka nantikan.

Pada Sabtu (2/8) Perkumpulan Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) dan LAZ Harapan Dhuafa bersama stakeholder setempat (perangkat desa) melakukan peresmian jembatan gantung yang menghubungkan antara desa Tambak di kecamatan Cimarga dengan desa Mekarsari di Kecamatan Sajra, Kabupaten Lebak-Banten.

Pembangunan Jembatan gantung ini adalah program kerjasama antara Perkumpulan MTT (Majelis Telkomsel Takwa) dan LAZ Harapan Dhuafa dengan menggandeng Vertical Rescue Indonesia sebagai pelaksana teknis di lapangan.

Kepala Desa Tambak Mirta mengaku warga sangat bersyukur dan berterima kasih banyak pada LAZ Harapan Dhuafa, Perkumpulan Majelis Telkomsel Takwa (MTT),  Vertical Rescue Indonesia, dan semua pihak yang terlibat dalam proses pembangunan jembatan gantung. Alasannya jembatan sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang ada di sini. 

"Di desa Tambak ini ada sekitar 3000an jiwa lebih, adanya jembatan ini sangat membantu aktifitas warga kami," ungkap Mirta. Mirta juga menjelaskan bahwa sebelum dibangun jembatan gantung, para warganya harus jalan memutar arah sehingga akses ke layanan publik juga jadi sangat jauh, jaraknya sekitar 40 kilometer atau harus memakai rakit di sungai yang sangat berbahaya.

Direktur LAZ Harapan Dhuafa Indah Prihanande menyatakan jembatan yang dibangun Perkumpulan Majelis Telkomsel Taqwa dan LAZ Harapan Dhuafa ini adalah bagian dari wujud kontribusi dalam membantu masyarakat. Ia pun berharap jembatan yang dibangun ini benar-benar mewujudkan harapan dari seluruh warga desa Tambak dan sekitarnya, terutama dalam menjalankan kebutuhan aktifitas yang paling mendasar dalam kehidupan mereka. 

Karena ribuan warga memerlukan jembatan ini untuk mengakses layanan kesehatan, pendidikan ekonomi dan sosial. Karena di desa Tambak belum memiliki sekolah SMP, SMA serta sarana layanan kesehatan ataupun layanan publik lainnya yang terdekat yang bisa mereka tempuh. 

"Jika jembatan tidak dibuat, bisa memakan waktu 2 jam lebih untuk menuju sarana tadi. Sehingga dengan adanya jembatan ini bisa memberikan kemudahan akses bagi mereka," tutur Indah.

Ade Muzawir selaku ketua Perkumpulan Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) dalam sambutannya menjelaskan sangat senang bisa memberikan kontribusi dan kebermanfaatan untuk masyarakat dan menjalin kemitraan yang baik dengan banyak pihak."Kami tentu sangat berterima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat, kepada mitra kami LAZ Harfa yang bersama membantu dalam program pembangunan jembatan ini, sehingga program jembatan gantung ini bisa berjalan dengan lancar, kedepannya semoga bisa lebih banyak lagi program kerjasama yang bisa dilakukan. Semoga jembatan gantung ini bisa memberikan manfaat jangka panjang dan berkah," ungkap Ade Muzawir.

Yayah (40 tahun) warga asal kampung Nunggul, desa Tambak menceritakan keadaan ia dan warga yang lain sebelum ada jembatan di kampungnya."Kalau nggak ada jembatan kita harus muter jalan, kalau kita muter jalan, itu bisa 10 kali lipat jaraknya, jalannya juga rusak, kita kesusahan kalau mau ada perlu apa-apa, mau berobat susah, mau usaha juga susah. yang kasian itu anak-anak yang mau pada sekolah, yang mau pada berobat, susah kalau gak ada jembatan," Ujar Yayah.

"Senang, bahagialah pak rasanya, kami sangat berterima kasih, sekali lagi terima kasih ini ada dibangun jembatan di sini, di kampung kami. Kami gak harus naik rakit lagi, lebih amanlah rasanya. Dulu kalau naik rakit rasanya takut, waswas, apalagi kalau turun hujan. Mau berobat jadi lebih dekat, anak-anak walau hujan juga masih bisa berangkat sekolah, kita gak harus muter jalan jauh lagi," ucap Yayah menambahkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement