REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Bagong Suyanto mengatakan, dugaan pelecehan seksual fetish jarik berkedok riset oleh mahasiswa berinisial G merupakan penyimpangan orientasi seksual. Biasanya, kata Bagong, hal itu terjadi karena pelaku pernah menjadi korban pelecehan seksual semasa kecil.
"Menurut penelitian, saat kecil bisa jadi koban, sehingga saat besar menjadi pelaku," kata Bagong dikonfirmasi Selasa (4/8).
Bagong mengatakan, ada banyak bentuk penyimpangan orientasi seksual. Misalnya bisa dengan cara bujuk rayu, ancaman, maupun dengan tindakan kekerasan. "Nah, yang dilakukan G ini penyimpangan orientasi seksual dan perilaku. Modus yang dilakukan dengan cara mengatasnamakan sedang melakukan riset dan itu memungkinkan," ujar Bagong.
Faktor lainnya, lanjut Bagong, penyimpangan orientasi seksual bisa karena faktor genetik dan juga bisa karena pengalaman traumatik sehingga membentuk perubahan perilaku menyimpang.
"Itu penyimpangan orientasi seksual dan perilaku sebab-sebabnya tidak hanya faktor genetik. Pengalaman traumatik bisa membentuk perubahan perilaku seks menyimpang. Makanya harus dilacak faktor si G ini apa," ujarnya.
Kasus ini mencuat di media sosial Twitter, setelah akun @m_fikris menulis thread terkait dugaan pelecehan seksual fetish jarik berkedok riset oleh mahasiswa Unair berinisial G. Ia mengaku menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan pria bernama Gilang. Akun Twitter tersebut membagikan cerita tersebut karena tidak ingin ada korban lain.