Kaum muda adalah kelompok yang paling terpukul oleh dampak ekonomi pandemi Corona, kata penelitian terbaru kelompok periset pasar Nielsen untuk Asosiasi Produsen Obat Jerman, BAH, yang hasilnya dirilis hari Minggu (2/8).
Mereka yang berusia 18 hingga 29 tahun adalah yang paling parah terkena dampaknya, kata penelitian itu, dengan 50% responden dalam kelompok usia itu mengatakan bahwa mereka kehilangan pendapatan akibat pandemi.
Secara keseluruhan sekitar 31% responden mengatakan mengalami penurunan pendapatan yang signifikan bagi dirinya dan keluarganya, antara lain karena dirumahkan (pegawai) atau karena kehilangan pemasukan (wiraswasta).
Kelompok 60 tahun ke atas paling sedikit merasakan dampak finansial
Pada kelompok usia 30-39 tahun, 38% responden mengatakan mereka mengalami kesulitan finansial. Sedangkan dari kelompok usia 60 tahun ke atas, hanya 15% yang mengatakan mereka mengalami dampak negatif dalam soal keuangan karena wabah corona, 85% persen mengatakan tidak ada dampak finansial pada diri dan keluarga mereka.
Sebagian besar kelompok lajang atau mereka yang hidup sebagai pasangan tanpa anak menyatakan tidak mengalami penurunan pendapatan, kata survei itu. Sedangkan keluarga dengan satu sampai tiga anak mengatakan menderita dampak finansial akibat wabah corona (42% sampai 54%).
Para peneliti menjelaskan, kaum muda kemungkinan besar mengalami kerugian finansial besar karena mereka sebagian besar bekerja di sektor-sektor yang paling parah terkena dampak pembatasan atau lockdown corona, dan karena mereka sering memiliki kondisi kontrak kerja yang lebih buruk daripada kelompok usia lebih tua.
Tekanan mental
Penelitian Nielsen juga mengungkapkan bahwa perempuan merasakan efek negatif yang lebih besar pada kesehatan mental mereka sebagai akibat dari pandemi. Penelitian mengungkap, 6 dari 10 perempuan pada kelompok usia 18 sampai 39 tahun mengatakan mereka merasakan tekanan psikologis. Sedangkan pria pada kelompok usia yang sama hanya 38 persen yang mengatakan merasakan tekanan psikologis karena pandemi corona.
Apakah seseorang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi dan sangat rentan terhadap virus corona atau tidak, tampaknya tidak memengaruhi tingkat stres secara signifikan.
Kelompok Nielsen yang melakukan penelitian atas pesanan BAH mengatakan, survei itu dilangsungkan antara 9 sampai 6 Juni 2020 di Jerman dengan 1.000 responden dewasa.
hp/pkp (dpa)