REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pirelli, pemasok ban resmi untuk Formula 1 (F1), pada Selasa (4/8), mengungkapkan penyebab insiden pecah ban mobil Lewis Hamilton. Pecah ban terjadi di lap terakhir Grand Prix (GP) Britania, Sirkuit Silverstone, akhir pekan lalu.
Pirelli menyatakan, pemakaian ban yang terlalu lama sebagai penyebab utamanya. "Alasan utama adalah serangkaian kondisi balapan tiap individu yang menyebabkan pemakaian yang sangat lama dari ban set kedua," kata pabrikan ban asal Italia itu seperti dikutip Reuters, Selasa (4/8).
Pabrikan ban asal Italia itu mendapati, hampir setiap tim memajukan rencana mereka untuk pit stop ketika safety car dikeluarkan untuk kedua kalinya. Hal itu berarti mereka melakukan sekitar 40 putaran atau lebih dari tiga perempat jarak lomba yang sebanyak 52 lap dengan satu set ban saja. Silverstone juga merupakan salah satu trek yang cepat dan sangat menuntut performa ban.
Pirelli menyatakan, sejumlah lap terakhir hari itu sangat berat sebagai konsekuensi dari tekanan terbesar yang pernah dikenakan ke pihaknya sepanjang sejarah di F1. Ban kiri depan, terutama, mengalami tekanan paling tinggi ketimbang lainnya di Silverstone.
Hamilton menjuarai balapan di Silverstone itu setelah memaksa mobilnya melaju dengan tiga ban karena ban depan kirinya pecah pada 3,8 km jelang akhir. Dua lap sebelum itu, rekan satu timnya di Mercedes, Valtteri Bottas harus kehilangan peluang finis runner-up setelah mengalami masalah serupa, hingga akhirnya sang pebalap Finlandia itu finis P11.
Insiden pecah ban ketiga hari itu menimpa pebalap McLaren, Carlos Sainz, ketika mempertahankan P4 dari serangan rekan satu timnya, Lando Norris dan Daniel Ricciardo, dari tim Renault dengan dua lap tersisa. Sang pebalap Spanyol itu akhirnya kehilangan begitu banyak posisi dan finis P13.
Silverstone akan menggelar balapan kembali akhir pekan nanti yang bertajuk Grand Prix 70th Anniversary, menandai 70 tahun sejak balapan F1 pertama digelar di sirkuit bekas lapangan udara itu pada 1950.