REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perusahaan fesyen Ralph Lauren Corp mengalami penurunan pendapatan kuartalan hampir 1 miliar dolar AS. Penyusutan seiring dengan penutupan beberapa toko untuk menahan penyebaran virus corona (Covid-19) dan perlambatan permintaan barang-barang mewah dari berbagai negara.
Dalam laporannya, Selasa (4/8), pendapatan perusahaan terutama merosot 77 persen di Amerika Utara. Analis mengatakan, permintaan terhadap tas, pakaian dan aksesori kelas atas akan sulit untuk pulih dengan cepat karena ekonomi global yang memasuki resesi.
Seperti dilansir di Reuters, Selasa (4/8), penurunan besar terhadap pendapatan dan kerugian yang lebih besar dibandingkan perkiraan, mendorong saham Ralph Lauren turun hampir tujuh persen.
Direktur Pelaksana GlobalData Retail Neil Saunders mengatakan, Ralph Lauren lebih rentan terhadap dampak krisis kesehatan dibandingkan perusahaan lain. Sebab, hasil produksi mereka seperti jaket, mantel dan gaunnya dirancang untuk kegiatan sosial atau formal. Sedangkan, banyak pembeli masyarakat menengah kini mengurangi prioritasnya untuk berbelanja pakaian.
Direktur Eksekutif sekaligus Chief Creative Officer perusahaan, Ralph Lauren, menyebutkan, kini perusahaan menghadapi periode perubahan yang luar biasa signifikan. Baik itu terkait dengan penyebaran Covid-19 yang menekan ekonomi di seluruh dunia ataupun seruan mengenai isu ketidakadilan rasial secara sistemik.
Meski penuh tekanan, Lauren menekankan, pihaknya akan terus fokus membangun bisnis yang mampu bertahan di semua kondisi. "Kami tetap setia dengan karakter kami ketika harus mengambil keputusan dalam beberapa dekade mendatang," ujarnya, dilansir di Business Wire, Selasa.
Sementara itu, Presiden dan Chief Executive Officer Ralph Lauren, Patrice Louvet mengatakan, beberapa bulan terakhir merupakan tantangan berat bagi perusahaan. Kinerja keuangan kuartal ini mencerminkan dampak pandemi selama tiga bulan yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia.
Louvet menjelaskan, perusahaan akan memanfaatkan momentum ini untuk mengakselerasi strategi perusahaan. "Sekaligus mendorong area pertumbuhan baru dan menyelaraskan perkembangan kami dengan sumber daya yang ada," tuturnya.
Pendapatan bersih Ralph Lauren turun 66 persen menjadi 487,5 juta dolar AS. Realisasi ini lebih baik dibandingkan estimasi rata-rata analis, yakni hilang 615 juta dolar AS, menurut data IBES dari Refinitiv.
Situasi serupa juga dialami perusahaan raksasa penjual barang mewah lain. Misalnya, perusahaan asal Eropa LVMH, Kering dan Hermes yang mengalami penurunan pendapatan bersih antara 38 persen hingga 44 persen.
Tapi, Ralph Lauren mengalami tekanan lebih. Penjualan onlinenya di Amerika Utara hanya mengalami kenaikan tiga persen, jauh dari kenaikan penjualan tiga digit yang dicatat oleh retailer lain.
Perusahaan melaporkan kerugian bersih 127,7 juta dolar AS atau 1,75 dolar AS per saham pada kuartal pertama yang berakhir 27 Juni. Pencapaian ini kontras dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, ketika Ralph Lauren mampu mendapatkan laba 117,1 juta dolar AS atau 1,47 dolar AS per saham.