Rabu 05 Aug 2020 08:18 WIB

Tekad Conte Mengembalikan Fokus Inter Milan ke Liga Europa

Inter harus membuktikan predikat sebagai tim favorit juara Liga Europa musim ini.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Endro Yuwanto
Pelatih Inter Milan Antonio Conte.
Foto: EPA-EFE/ELISABETTA BARACCHI
Pelatih Inter Milan Antonio Conte.

REPUBLIKA.CO.ID, GELSENKIRCHEN -- Inter Milan menjadi salah satu kandidat kuat perburuan gelar Liga Europa musim ini dengan status sebagai mantan kontestan Liga Champions ditambah sebagai runner-up Serie A Italia musim ini. Pembuktian predikat sebagai tim favorit juara Liga Europa musim ini akan diawali La Benemata kala menghadapi Getafe di babak 16 besar, Kamis (4/8) dini hari WIB.

Usai penghentian sementara semua kompetisi klub Eropa akibat pandemi Covid-19, Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) memutuskan hanya menggelar laga babak 16 besar Liga Europa yang tersisa dengan format satu partai di venue netral. UEFA akhirnya menunjuk markas Schalke 04, Stadion Veltins Arena, Gelsenkirchen, sebagai lokasi perhelatan laga Inter kontra Getafe. Hasil di laga ini akan mengantarkan sang pemenang melangkah ke perempat final dan berhadapan antara Bayer Leverkusen atau Glasgow Rangers.

Bagi Inter Milan, persiapan menghadapi Los Azulones ini sedikit terganggu dengan isu di luar lapangan. Kabar keretakan hubungan antara pelatih Antonio Conte dan petinggi klub mencuat pasca-I Nerazzurri memainkan laga pamungkas di pentas Serie A musim ini. Eks pelatih timnas Italia itu merasa tak mendapatkan dukungan dari jajaran petinggi klub. Bahkan, Conte disebut-sebut sempat menghubungi manajemen Juventus soal kelanjutan masa depan Maurizio Sarri di kursi pelatih I Bianconeri.

Serangkaian rumor itu terus berkembang menjadi bola panas dengan kabar berakhirnya kiprah Conte di Inter Milan. Namun, mantan pelatih Chelsea itu sempat menegaskan tekadnya untuk terus bertahan di kursi pelatih La Beneamata, setidaknya hingga kontraknya berakhir 2023 mendatang. Kendati begitu, rumor ini tentu dikhawatirkan mengganggu fokus para penggawa I Nerazzurri di laga kontra wakil Spanyol tersebut.

Padahal, dari segi performa, Inter tengah berada dalam tren apik. Kemenangan 2-0 atas Atalanta pada giornata pamungkas Serie A, akhir pekan lalu, mengantarkan Inter Milan menorehkan rekor tidak terkalahkan dalam delapan laga terakhir, termasuk kemenangan beruntun di tiga laga terakhir.

Tak hanya itu, Inter juga mampu tampil solid dengan mencatatkan clean sheet di empat laga terakhir. Mengembalikan fokus ke performa di atas lapangan seraya menjaga konsistensi performa menjadi ujian terbesar La Beneamata di laga kontra Getafe.

''Inter bisa mengandalkan pemain yang dimiliki. Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengangkat trofi pada musim ini,'' ujar Conte seperti dilansir Sky Italia, beberapa waktu lalu.

Dari segi kesiapan skuat, Stefano Sensi dikabarkan sudah bisa kembali ke lini tengah Inter Milan setelah pulih dari cedera. Pun dengan kemungkinan diturunkannya duet Lautaro Martinez dan Romelu Lukaku. Selain itu, ada pula nama penyerang pinjaman dari Manchester United, Alexis Sanchez, yang dinilai tengah berada dalam kondisi yang lebih baik usai menorehkan dua gol dan dua assist dalam enam laga terakhir.

Namun, dari segi pengalaman menghadapi tim-tim asal Spanyol, Inter Milan memiliki rekor kurang menyenangkan. Dari 12 kesempatan terakhir menghadapi kontestan La Liga Spanyol di kompetisi Eropa, La Beneamata hanya bisa menorehkan satu kemenangan dengan catatan empat hasil imbang dan tujuh kali kalah. Membungkam Barcelona 3-1 di babak semifinal Liga Champions musim 2009/2010 menjadi kali terakhir La Benemata bisa merasakan kemenangan atas wakil Spanyol di kompetisi Eropa.

Kendati begitu, situasi kurang lebih sama juga dialami Getafe. Ini menjadi kesempatan pertama buat tim asal pinggiran Kota Madrid itu menghadapi wakil Italia di pentas kompetisi antarklub Eropa. Tak hanya itu, berbeda dari Inter yang tengah berada tren positif penampilan, tim besutan Jose Bordalas itu justru sedang berada dalam keterpurukan dari segi catatan performa.

Sejak La Liga kembali bergulir pasca-penghentian sementara akibat pandemi Covid-19, Getafe hanya bisa memetik satu kemenangan dari 11 laga terakhir, termasuk nirkemenangan di empat laga terakhir. Bahkan, di dua laga pamungkas La Liga, Getafe dipaksa menelan kekalahan. Penurunan performa ini berimbas pada kegagalan Getafe finis di tujuh besar La Liga musim ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement