REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pembukaan kembali objek wisata Bromo, yang tutup akibat wabah Covid-19, masih menunggu instruksi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait pembukaan. Kendati demikian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur tetap melakukan persiapan pembukaan wisata Bromo.
"Bromo menunggu dari Kemenparekraf dan KLHK. Beberapa waktu lalu dirapatkan, sekarang baru tahap persiapan," ujar Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Tri Bagus Sasmito dikonfirmasi Rabu (5/8).
Bagus menyatakan, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan kembali membuka objek wisata Bromo. Apalagi jika wisatawan nantinya diperbolehkan naik hingga puncak Bromo, yang dikhawatirkan akan menimbulkan kerumunan yang berpotensi mempermudah penularan Covid-19.
"Kekhawatiran kita kalau puncak Bromo dibuka nah di situ harus ada pengendalian kerumunan. Teman-teman memberikan pelatihan supaya masyarakat gampang diimbau," ujar Bagus.
Bagus melanjutkan, yang juga perlu menjadi pertimbangan adalah penerapan protokol pencegahan penularan Covid-19 yang harus diterapkan secara ketat dan disiplin. Bagus khawatir penerapan protokol kesehatan tersebut hanya baik di awal, tetapi kendor setelah banyak wisatawan yang berkunjung.
Padahal, menurutnya itu bisa menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19. "Yang penting protokol kesehatan, tentu tidak pada saat buka saja tapi dievaluasi lagi. Mesti ngecek apa protokol kesehatan mengendor atau dilakukan secara baik. Pembukaan destinasi ini harus dibarengi pelaksanaan protokol kesehatan supaya tidak terjadi klaster baru di tempat wisata," kata Bagus.